Sukses dengan mengusung 9 kredo
Bagi dunia bisnis, industri periklanan adalah rekan kerja. Sebab, tujuan beriklan adalah menyampaikan suatu pesan kepada masyarakat secara efektif agar kena sasaran.
Tentu tidak mudah untuk mewujudkan sebuah iklan pelayanan masyarakat yang efektif dan mengena. Sebab, saat ini di dunia promosi ataupun pemasaran, timbul pernyataan yang meragukan keefektifan iklan dalam mempengaruhi konsumen.
Salah satu sebabnya adalah jumlah iklan yang diterima konsumen sudah terlalu banyak, baik iklan komersial maupun iklan layanan masyarakat, sehingga membuat iklan susah diingat.
Bahkan iklan yang kadang terlalu berlebihan atau mengada-ada, membuat iklan tidak dipercaya. Akibatnya, penonton tidak mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan.
Belum lagi bujet iklan sering menjadi pertarungan antara bagian keuangan dan bagian penjualan sebuah perusahaan. Keuangan menuntut benefit dari cost yang telah dikucurkan sementara penjualan umumnya kesulitan menunjukkan statistik benefit dari biaya iklan yang akan dikeluarkan.
Segala tantangan ini harus pintar-pintar diakrabi oleh industri periklanan. Salah satu perusahaan iklan kelas atas yang sanggup secara cerdas mengakrabi lika-liku tantangan ini adalah Dwi Sapta Advertising.
Perusahaan periklanan yang awalnya adalah studio fotografi bernama Studio 27 didirikan oleh Aloysius Adji Watono. Jebolan jurusan fotografi Adolf Lazi School, Stuttgart ini secara bertahap berhasil menjadi salah satu pemain penting industri periklanan di tanah air.
Pada 1982, berkat keuletan dan kerja keras, Studio 27 mendapat order dari PT Djarum untuk membuat foto-foto produk rokok untuk iklan, brosur, serta company profile.
PT Djarum yang merasa puas lantas menawarkan pekerjaan lainnya yang lebih kompleks seperti pembuatan spanduk. Walau belum punya pengalaman, tawaran itu diterima termasuk mempekerjakan orang-orang terbaik di bidang itu.
Tiga tahun kemudian, kesulitan itu justru dilihat sebagai peluang melakukan ekspansi dengan mendirikan perusahaan Screen Printing bernama PT Intan Gading Kencana Persada.
Perusahaan baru ini bergerak di bidang jasa pembuatan aneka bentuk promosi medium cetak, mulai dari papan reklame, brosur sampai koran.
Tumbuhnya media televisi swasta berkat deregulasi dunia pertelevisian nasional pada 1989 yang melahirkan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) adalah peluang lain yang segera ditangkap Dwisapta.
Alhasil, Dwi Sapta berkembang menjadi PT Dwi Sapta Pratama, perusahaan yang menawarkan full service advertising agency yang menggeluti bellow the line dan above the line alias iklan televisi komersial.
“Butuh keberanian, kenekatan dan perhitungan yang cepat untuk menanggapi kecepatan dunia bisnis. Tanpa melakukan hal tersebut kita bisa tergilas,” tutur Adji Watono.
Lagi-lagi PT Djarum menjadi klien pertama mereka, lalu Minigrip dan Mixagrip dari PT Dankos Labs. Setahun kemudian PT Ceres datang dengan Meises Ceres dan Biskuit Selamat. Demikian pula PT Sido Muncul dengan produknya Tolak Angin.
Seperti membuka pintu lebar-lebar, giliran PT Herlina Indah Group mempercayakan Sari Puspa dan PT ICI dengan produknya Cat Catylac. Pada 1995 Dwi Sapta berbiak mendirikan Netracom Film Production – production house dan TV production.
Sayang badai krisis kemudian datang menghempas pada 1998. Akibatnya, banyak perusahaan periklanan yang terkena imbas dan harus gulung tikar karena bujet iklan merosot drastis.
Dwi Sapta pun melakukan manuver dengan meyakinkan klien agar terus beriklan dengan biaya murah tanpa menurunkan kualitas bahkan melakukan subsidi. Hasilnya, PT Kino menghampiri dan sukses dengan produk Kino Candy yang diiklankan.
Pada 1999 menjadi berkah bagi Dwi Sapta karena berdasarkan riset yang dilakukan lembaga Frontier, iklan Kino Candy, Briko, Mextril (obat batuk) dan Adem Sari mendulang sukses besar. Saat itu Dwi Sapta mampu menggarap 30 iklan televisi dengan 90 % di antaranya adalah iklan baru.
Untuk selanjutnya, klien iklan datang dengan sendirinya hingga kini. Peringkat Dwi Sapta pun terus melonjak dan mulai masuk ke peringkat 10 besar perusahaan periklanan lokal.
Menanggapi pertumbuhan tersebut, Dwi Sapta lagi-lagi berbiak menghasilkan Neo Post-perusahaan di bidang post production, digital off line, editing iklan televisi-dan Divisi Special Project (untuk melayani pembuatan TV programme, event organizer dan public relations) pada 2004.
Formula sendiri
Tentu saja tak mudah mewujudkan hal itu, pada umumnya industri periklanan sangat bergantung pada kondisi ekonomi secara makro belum lagi persaingan yang ketat seperti banting harga.
Menurut Adji Watono, setidaknya ada sembilan kredo yang menjadi nilai lebih Dwi Sapta dibanding perusahaan periklan lain selama 25 tahun berkarya.
Sembilan kredo tersebut adalah creative that sell bahwa dalam membuat iklan haruslah menjual. Untuk itu iklan yang dibuat haruslah single message, simple, segmented, focus to your target market atau hard sell.
Agar iklan mudah mencuri perhatian, Dwi Sapta harus selalu be differet, be controversial, big idea atau haruslah lain dari yang lain “Bahkan kalau perlu, menimbulkan kontroversi di kalangan target pasar.”
Namun, dari semua hal tersebut ada prinsip yang tidak mungkin disamai oleh perusahaan iklan milik modal internasional yaitu Q-C-D atau best quality, reasonable cost dan Speed ditambah fleksibilitas.
“Soal fleksibilitas atau musyawarah mufakat dengan klien ini tak mungkin bisa disamai pebisnis luar negeri. Ini keunggulan pebisnis dalam negeri yang mungkin dilupakan,” tutur Adji.
Selain itu wajib melayani klien dengan sepenuh hati, layanan yang didasari jiwa dan hati yang tulus untuk membantu klien (serve from the heart).
Hal tersebut terus ditingkatkan pada tataran hubungan dengan klien tak hanya sebatas hubungan kerja, tapi lebih dalam lagi yaitu persahabatan, kedekatan, kejujuran ,saling percaya, keterbukaan, loyalitas serta komitmen ini memenuhi credo create intimicy, build agency dan client chemistry.
Menurut Adji, dengan demikian bisa tercipta hubungan saling mendengarkan dan tahu kebutuhan, keinginan, harapan dari klien dan memenuhinya secara efektif (sleep with clients, listen to their needs, their wants and expectations)
Salah satu kredo yang kemudian menjadi prinsip Dwi Sapta yang paling unik adalah Make your clients succeed rirst and your success will follow, intinya apabila mampu membawa klien sukses, dengan sendirinya kesuksesan akan menghampiri perusahaan Anda.
Jika hal ini sudah dilakukan, umumnya akan tercipta hubungan klien jangka panjang yang tentu saja memberikan jaminan keuntungan.
“Prinsipnya bahwa memberi kepuasan pada pelanggan tak cukup lagi, maka untuk mencapai sukses jangka panjang harus membuat klien kami loyal bukan kepalang,” tegasnya.
Tentu saja hal ini bisa dilakukan siapapun. Yang mutlak adalah kerja keras, ketekunan, keuletan, kesabaran, komitmen dan bekerja dengan sepenuh hati , berdedikasi dan mencintai profesi yang digeluti.
Bisnis Indonesia Edisi: 22/10/2006
No comments:
Post a Comment