PILIHAN BAHASA DALAM IKLAN TELEVISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran yang
besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan ke semua lapisan
masyarakat. Televisi merupakan media massa audiovisual yang sifatnya berbeda
dengan media lain. Media cetak mempunyai kekuatan pada sisi visualnya, media
audio (radio) mempunyai kekuatan pada sisi suara, dan media audiovisual
memiliki kekuatan keduanya. Hampir setiap rumah di wilayah Indonesia terdapat
televisi yang hampir selama 24 jam dinyalakan untuk menerima siaran dari
berbagai stasiun televisi. Dengan demikian, media televisi memiliki kekuatan
informatif persuasif yang lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya
sehingga media ini dapat dikatakan lebih sempurna dan efek yang ditimbulkannya
pun lebih dasyat baik yang positif maupun yang negatif bila dibandingkan dengan
kedua media tersebut.
Oleh karenanya, media komunikasi ini oleh para pengusaha dimanfaatkan
sebagai sarana promosi yang dikemas dalam bentuk iklan televisi. Agar menarik
perhatian, iklan televisi diusahakan untuk dibuat semirip mungkin dengan
kejadian-kejadian kehidupan nyata masyarakat yang menjadi sasarannya. Sebuah
paket iklan televisi sering mengadirkan fenomena kemasyarakatan yang tengah
berlangsung dan menjadi tren di kalangan masyarakat. Untuk memberikan
pengaruh yang kuat, dimunculkan beberapa peristiwa tutur yang dilakukan oleh
para bintang iklan untuk menghadirkan gambaran kehidupan nyata yang ada di
masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi atau mempropaganda minat
masyarakat untuk menjadi konsumen produk yang ditawarkan.
Iklan televisi semestinya dapat dikaji dari sudut pandang studi bahasa
karena pada dasarnya, iklan televisi menggunakan bahasa sebagai sarana
penyampai pesan kepada konsumen. Dengan kata lain terdapat penggunaan
bahasa dalam sebuah paket iklan televisi. Studi bahasa yang sering dipergunakan
untuk mengkaji bahasa iklan televisi dalam beberapa penelitian kebahasaan adalah
pragmatik, yaitu sebuah bidang kajian ilmu bahasa yang memperhatikan fungsi
pemakaian bahasa di masyarakat.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan adanya bidang studi ilmu
kebahasaan lain yang dapat dipergunakan untuk mengkaji bahasa dalam iklan
televisi. Dengan demikian harus ada sudut lain dalam bahasa iklan televisi yang
perlu dicermati. Salah satunya adalah pada peristiwa tutur yang dilakukan oleh
para bintang iklan dalam sebuah iklan televisi. Ujaran atau tuturan yang dilakukan
oleh para bintang iklan pada peristiwa tutur dalam iklan televisi bukan kejadian
atau peristiwa yang benar-benar terjadi sebagai fakta nyata di masyarakat, tetapi
sebagai dunia tersendiri dalam bentuk fragmen atau pertunjukan acara televisi
yang memiliki tokoh, dialog, alur cerita dan konteks. Iklan televisi memuat
beberapa peristiwa tutur yang dapat dipergunakan sebagai data dalam sebuah
penelitian studi kebahasaan. Peristiwa tutur yang dimaksud dapat dilihat pada
contoh iklan berikut ini.
KONTEKS: BEBERAPA PEMUDA BERKUMPUL DI SEBUAH RUMAH,
KEMUDIAN TIBA-TIBA ADA TELEPON BERDERING, YANG TERNYATA
BERASAL DARI SEORANG GADIS CANTIK, CENTIL, GENIT, BERBAJU
MERAH DAN MEMAKAI LIPSTIK MERAH. TELEPON BERDERING
KRIIIING...KRIIIING
BI(1)/pemuda : Halo?
BIU (si gadis) : Jumat ini kamu ada acara nggak?
BI(1)/pemuda : Saya lihat kalender dulu ya.
Jingle : Gudang Garam (para pemuda tertawa bersama).
Jingle : Gudang Garam Merah ...
BIU (si gadis) : Yes...!
Teks : Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, gangguan kehamilan dan janin.
Pada contoh peristiwa tutur dalam iklan rokok Gudang Garam Merah di atas
terlihat adanya penggunaan campur kode. Penggunaan tersebut terdapat pada kata
nggak dan kata yes. Kata nggak merupakan kata nonbaku dari tidak. Penggunaan
kata tersebut bertujuan untuk mengakrabkan suasana. Kata yes merupakan kata
yang diambil dari bahasa Inggris yang dipakai untuk menciptakan sebuah suasana
yang modern. Dari tuturan bintang iklan tersebut diharapkan pada para konsumen
untuk tertarik pada produk yang mereka iklankan.
Peristiwa tutur tersebut di atas dapat dikaji dalam penelitian studi
kebahasaan, dan studi kebahasaan yang dimaksud adalah sosiolinguistik.
Sosiolinguistik adalah sebuah bidang kajian pada disiplin ilmu bahasa yang salah
satu tugasnya mempelajari pengaruh lingkungan sosial terhadap bentuk pilihan
bahasa pada masyarakat yang bersangkutan. Pilihan bahasa sebagai peristiwa
sosial tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh
faktor-faktor di luarnya. Pilihan bahasa erat terkait dengan situasi sosial
masyarakat pemakainya. Perbedaan usia, tingkat pendidikan, dan status sosial
seseorang dapat mempengaruhi pilihan bahasanya ketika berbicara dengan orang
lain. Demikian pula situasi yang melatarbelakangi sebuah pembicaraan dapat
mempengaruhi bagaimana sebuah bahasa akan dipergunakan. Pengaruh faktorfaktor
sosial maupun situasional terhadap pilihan bahasa ini menimbulkan adanya
variasi-variasi pilihan bahasa.
Jika peristiwa tutur yang terdapat dalam iklan televisi boleh dianggap
sebagai kejadian kebahasaan yang dikaji melalui sudut pandang sosiolinguistik,
maka penelitian ini mendeskripsi pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan
televisi.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah wujud pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan
televisi ?,
2. Faktor-faktor apa yang menentukan terjadinya pilihan bahasa pada
peristiwa tutur dalam iklan televisi?.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsi wujud pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan
televisi;
2. Menentukan faktor-faktor yang menentukan terjadinya pilihan bahasa
pada peristiwa tutur dalam iklan televisi.
1.4 Manfaat
Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
untuk pengembangan teori kebahasaan dan menambah informasi khazanah
penelitian kajian sosiolinguistik sebagai disiplin ilmu linguistik yang memusatkan
perhatiannya pada gejala kebahasaan di masyarakat.
Secara praktis, penelitian ini memberikan deskripsi tentang pilihan bahasa
pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yang berupa variasi tunggal bahasa, alih
kode, dan campur kode serta faktor sosial yang mendukungnya. Temuan tersebut
diharapkan memberi kontribusi data dasar bagi penelitian lanjutan yang sejenis
serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, peneliti dan para pemerhati
masalah kebahasaan.
BAB II
Pada bab ini disampaikan beberapa kajian pustaka yang telah mengkaji
program tayangan televisi dari sudut pandang ilmu bahasa dalam bentuk laporan
penelitian dan uraian tentang teori-teori serta konsep-konsep yang digunakan
sebagai landasan kerja penelitian yang relevan dengan topik tulisan ini.
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian yang mengkaji program tayangan di televisi dengan ilmu bahasa
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya yaitu: Hartatik (2001), Chaeri
(2002), Lukitaningtyas (2003), Rahayu (2004). Hartatik dan Chaeri menemukan
beberapa implikatur positif dan negatif bahasa iklan televisi. Lukitaningtyas
memaparkan bahwa wujud alih kode yang dilakukan pemain Gelatak Gelitik
Campursari di TVRI adalah alih kode intern dan ekstern. Alih kode intern
meliputi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dialek Jawa Timur dan
alih kode bahasa Indonesia ke bahasa dialek Betawi. Alih kode ekstern meliputi
alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Arab. Faktor yang mempengaruhi alih kode adalah (a)
peserta tutur, (b) mitra tutur ,dan (c) kehadiran orang ke 3. Wujud campur kode
dapat berupa kata, frasa, kalusa, baster dan perulangan kata. Faktor yang
mempengaruhi campur kode adalah untuk menghadirkan nilai humor tertentu.
Penelitian Rahayu sampai pada kesimpulan bahwa: (a) wujud kebahasaan
asosiasi pornografis pada iklan di televisi yang ditayangkan antara bulan
November 2003 hingga Januari 2004 dapat berupa kata, frase, kalimat dan
wacana, (b) jenis makna asosiatif yang dipergunakan adalah makna afektif,
gereflekter, kolokasi dan konotatif, (c) tindak tutur yang dipergunakan adalah
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Dari beberapa tinjauan pustaka di atas peneliti belum menjumpai adanya
penelitian yang menguraikan pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan
televisi dari paradigma sosiolinguistik. Untuk itu, pilihan bahasa pada peristiwa
tutur dalam iklan televisi peneliti angkat sebagai sebuah penelitian sosiolinguistik.
2.2 Landasan Teoretis
Dalam subbab ini diuraikan beberapa teori dan konsep yang digunakan
sebagai landasan kerja penelitian. Teori tersebut adalah teori yang berkenaan
dengan teori sosiolinguistik, iklan televisi, peristiwa tutur, peristiwa tutur dalam
iklan televisi, variasi bahasa, pilihan bahasa, dan faktor yang mempengaruhi
pilihan bahasa.
2.2.1 Teori Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin, yaitu disiplin ilmu sosiologi
dan disiplin ilmu linguistik, dua bidang ilmu yang masing-masing memberi peran
yang berbeda. Sosiologi memperhatikan hubungan sosial antar manusia di dalam
masyarakatnya, sebagai individu maupun kelompok. Sosiologi adalah kajian yang
objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat beserta lembagalembaga
sosial dan proses sosial yang ada di masyarakat. Sosiologi berusaha
mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi berlangsung dan tetap ada. Dengan
mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu
masyarakat akan diketahui cara-cara manusia bersosialisasi dalam masyarakatnya
(Chaer dan Kristina 2004:2). Adapun Linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya (Rokhman 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan
ilmu sosiologi dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktorfaktor
sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Agustina 2004:4).
Berbeda dengan sosiologi bahasa, yang merupakan cabang ilmu sosiologi
yang mempelajari fenomena sosial yang dihubungkan dengan keberadaan situasi
kebahasaan di masyarakat. Kajian sosiolinguistik bersifat kualitatif sedangkan
kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Sosiolonguistik lebih berhubungan
dengan perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, sedang sosiologi bahasa
berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan
bahasa atau dialek.
Bram dan Dickey (dalam Rokhman 2002), menyatakan bahwa
sosiolinguistik menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di
masyarakat, menjelaskan kemampuan manusia memainkan aturan berbahasa
secara tepat dalam situasi yang beragam. Masalah yang dibicarakan dalam
sosiolinguistik adalah: (1) identitas sosial dari penutur, siapakah penutur, apa
kedudukannya di masyarakat, keluarga dan pranata sosial lain, identitas penutur
mempengaruhi pilihan bahasanya seperti pilihan variasi bahasa tertentu terhadap
situasi yang dihadapi, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam
proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, di
manakah tempat peristiwa tutur terjadi apakah di tempat umum yang ramai
ataukah di ruangan tempat seseorang tengah beribadah, (4) analisis sinkronik dan
diakronik dari dialek-dialek sosial, pilihan dialek yang berhubungan dengan status
sosial penggunanya, (5) penilaian sosial yang berbeda penutur dan perilaku bentuk
ujaran, masyarakat akan menilai bentuk ujaran dan perilaku kebahasaan lain yang
sesuai dan pantas dimiliki sehubungan dengan kedudukannya terhadap
masyarakat lain, (6) tingkat variasi dan ragam linguistik, sebagai akibat perubahan
dan perkembangan yang terus terjadi di masyarakat maka bahasa turut
berkembang ke dalam varian-varian yang disesuaikan dengan kebutuhan
kebahasaan dalam masyarakat tersebut, (7) penerapan praktis dari penelitian
sosiolinguistik.
2.2.2 Peristiwa Tutur
Peristiwa tutur pada hakikatnya adalah serangkaian tindak tutur yang
terstruktur dan mengarah pada suatu tujuan. Jika peristiwa tutur merupakan gejala
sosial dalam situasi tertentu yang menitik beratkan pada tujuan peristiwa, tindak
tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan
dipengaruhi kemampuan kebahasan penutur yang menitikberatkan pada makna
tuturan yang dilakukan.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peristiwa Tutur
Pilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa atau
multibahasa disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan budaya. Evin-Trip (dalam
Rokhman 2002) mengidentifikasikan empat faktor utama, yaitu latar waktu dan
tempat, situasi, partisipan, topik pembicaraan dan fungsi interaksi. Geertz (dalam
Umar dan Napitupulu 1993) menyatakan adanya latar belakang sosial, isi
percakapan, sejarah hubungan sosial pembicara, dan kehadiran pihak ketiga dalam
percakapan. Gal dan Rubin (dalam Rokhman 2002) masing-masing menyatakan
bahwa partisipan adalah faktor terpenting terjadinya pilihan bahasa, sedang Rubin
menyatakan bahwa faktor lokasi terjadinya interaksi lebih menentukan pilihan
bahasa. Dapat disimpulkan bahwa latar belakang sosial, situasi, dan partisipan
dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan bahasa.
Peristiwa tutur adalah terjadinya interaksi linguistik dalam satu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur dengan
satu pokok tuturan, waktu dan tempat tertentu (Chaer dan Agustina 2004). Secara
sederhana peristiwa tutur adalah peristiwa komunikasi dengan menggunakan
bahasa lisan. Satu peristiwa tutur harus memiliki komponen tutur yang meliputi,
seperti yang dinyatakan Hymes dalam Rahardi (2001), Chaer (2003), dan
Agustina (2004), dalam akronim SPEAKING. (S) Setting and scene, yaitu
berkenaan dengan waktu, tempat dan situasi pembicaraan. (P) Participants, yaitu
pihak-pihak yang terlibat didalam tuturan. (E) Ends, merujuk pada maksud dan
tujuan penuturan. (A) Act sequence, mengacu pada bentuk dan isi ujaran. (K) Key,
meliputi nada, cara, dimana suatu pesan disampaikan. (I) Instrumentalities,
mengacu pada bahasa yang di gunakan atau variasi bahasa seperti dialek, ragam
atau register. (N) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma
atau aturan dalam berinteraksi. (G) Genre, mengacu pada jenis bentuk
penyampaian, seperti puisi, narasi, doa dan sebagainya. Kedelapan unsur tersebut
merupakan faktor di luar bahasa yang dapat menentukan pilihan bahasa peserta
tutur dalam sebuah peristiwa tutur.
2.2.4 Peristiwa Tutur dalam Iklan Televisi
Iklan televisi mempunyai unsur pembangun berupa tuturan. Tuturan dalam
iklan televisi berbentuk tuturan langsung yang dilakukan oleh bintang iklan yang
bersangkutan dan tuturan yang dinarasikan oleh naratornya dalam bentuk narasi
suara atau Teks + Nr visual. Pada tuturan langsung terdapat kehadiran bintang
iklan yang melakukan tindak tutur baik dalam bentuk dialog maupun monolog
dengan mitra tuturnya. Dalam kaitan ini, mitra tutur dari bintang iklan yang
melakukan tuturan langsung berupa dialog adalah bintang iklan lain yang
berkedudukan sebagai mitra tutur dalam peristiwa tutur yang ada. Mitra tutur
bintang iklan yang melakukan tuturan berbentuk monolog adalah para audien atau
penonton yang menyaksikan paket iklan tersebut di televisi. Tuturan langsung
yang berupa monolog dapat dicontohkan sebagai berikut.
KONTEKS : SI BREWOK PERGI KE TUKANG CUKUR DAN BERBICARA
DENGAN LOGAT JAKARTA DIA MINTA KEPADANYA UNTUK
DICUKUR DENGAN GILET GOAL
BIU : Bang…! Tolongin aye dong!
BI(1) : Heh…!
BIU : Uuuuh…! Brewok angker dipiara!
BI(1) : Heh…!
12
Nr (l) : Cukur sampai habis, cukur habis hadiahnya
BI(2) : Wah…! Dapat mobil kijang, nih!
BIU : Bang…bang…! Coba deh! Cukur pakai ini bang!
Nr (l) : Beli Gilet Goal bertanda khusus!
Gosok bungkusnya, dan menangkan hadiah langsung.
Makin sering menggosok, makin besar kesempatan menangnya.
Gilet Goal, tahan betul tajamnya!
BIU : E…! Penonton! Buruan!
Pada bagian akhir iklan terdapat tuturan langsung ‘E…! Penonton!
Buruan!’ yang dilakukan oleh bintang iklan utama kepada penonton. Tuturan
langsung yang berupa dialog dapat dicontohkan sebagai berikut.
KONTEKS (DIIRINGI MUSIK DI BAGIAN AKHIR IKLAN) : SEORANG IBU
SEDANG BERBELANJA DI PASAR DENGAN PEMBANTUNYA.
PEMBANTU SEAKAN-AKAN DIGAMBARKAN TIDAK BISA MEMILIH
KELAPA YANG BAGUS; JUGA TIDAK TAHU HARUS MEMBELI APA
LAGI, TERMASUK MEMBELI KECAP “TERBAIK” (KECAP BANGO),
PILIHAN PARA IBU. KEMUDIAN MEREKA MEMASAK DI DAPUR
DENGAN KECAP BANGO TERSEBUT. TAMPAK DARI EKSPRESI
MEREKA BAHWA KECAP BANGO MEMANG KECAP NOMOR “SATU.”
BIU (ibu-ibu) : Kok ini mbok? Ini kan kurus? Haa… ini bagusan! Bagus, tua,
dan tebal!
BI : Ini!?
BIU (ibu-ibu) : He! Ini masih muda mbok!
BI : Beli apa lagi sih bu?
BIU (ibu-ibu) : Kecap… Harus yang dari kedelai hitam.
BI : Iyaa!
Nr : Kecap Bango terbuat dari kedelai hitam.
Memberikan rasa kecap yang pas.
BIU (ibu-ibu) : Hmm…!
BI : Yaaah! Ada yang layu! Cari yang baru!
TAV : Kecap Bango!
TAV : Benar-benar kecap!
Teks Visual : Suara Konsumen Unilever 0-800-1-558000.
Tindak tutur yang terjadi antara bintang iklan utama dan bintang iklan
pembantu pada peristiwa tutur dalam iklan televisi di atas adalah tindak tutur
langsung yang berbentuk dialog. Kedua bintang iklan di atas saling melakukan
tuturan dalam bentuk dialog.
Tuturan yang dilaklukan oleh narator adalah tuturan yang berbentuk
monolog. Sejenis dengan tuturan langsung bintang iklan televisi yang berupa
monolog, tuturan narator ini pada hakikatnya ditujukan kepada para penonton
sebagai mitra tuturnya. Tuturan yang dilakukan narator dapat dicontohkan sebagai
berikut.
KONTEKS (DIIRINGI MUSIK): SEORANG GADIS CANTIK, LANGSING,
DENGAN RAMBUT YANG HITAM TERURAI DAN DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI YANG TINGGI, ESKPRESI WAJAH YANG
MEMANCARKAN KEPUASAN DAN KEBAHAGIAAN TENGAH
MEMPERTONTONKAN KULIT TUBUHNYA YANG HALUS, MULUS, DAN
PUTIH. KETIKA MANDI PUN IA TAMPAK SANGAT MENIKMATI
BERKAT SABUN MANDI LERVIA.
Nr : Susu… memberikan manfaat mengagumkan bagi kulit.
Lervia sabun ekstrak susu murni… menjadikan kulit putih alami.
Dengan protein, laktosa, dan moisturizer. Lervia melembahkan dan
menghaluskan kulit.
Lervia kulit halus, putih alami.
Teks : Kulit halus, putih alami.
Narasi dapat berbentuk tampilan suara narator dan atau tampilan teks yang
berlatar belakang suara narator (Teks + Nr). Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa peristiwa tutur dalam iklan televisi adalah tindak tutur yang
dilakukan oleh bintang para iklan dan narator. Tuturan yang dilakukan bintang
iklan dapat berupa tuturan langsung berupa monolog atau dialog. Sedangkan
tuturan oleh narator berupa monolog.
2.2.5 Variasi Bahasa
Wujud bahasa yang konkret akan diperlakukan berbeda oleh adanya
perbedaan penuturnya meskipun sebagai sistem, bahasa dipahami sama oleh
semua penuturnya. Bahasa menjadi bervariasi karena penggunaanya dan tujuan
pengguna atau penuturnya juga beragam, dan semakin beragam apabila wilayah
penggunaannya juga semakin luas. Varian bahasa dibedakan menjadi tiga yaitu
dialek, tingkat tutur dan ragam (Rahardi 2001). Dialek dapat dibedakan
berdasarkan geografi, sosial, usia, jenis kelamin, aliran, dan suku. Tingkat tutur
dibedakan menjadi tingkat tutur hormat dan tingkat tutur tidak hormat. Ragam
dibedakan menjadi ragam suasana dan ragam komunikasi.Variasi dilihat dari segi
penuturnya dibedakan menjadi : (1) idiolek, yaitu variasai bahasa yang bersifat
perseorangan, seperti pilihan kata, irama, gaya bahasa, susunan kalimat. Setiap
manusia memiliki warna suara yang berbeda ketika berbicara, (2) dialek, yakni
variasai bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
dalam satu tempat, variasi ini bersifat perkelompok masyarakat, (3) kronolek,
ialah variasi bahasa yang digunakan secara temporal, jadi memiliki batasan waktu
penggunannya, (4) sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan dan kelas sosial penggunanya. Umumnya dapat
diidentifikasikan dengan adanya perbedaan morfologis, sintaksis dan kosa kata.
Misalnya ada yang disebut akrolek, basilek, slang, kolokial,jargon, argot dan ken.
Menurut Pateda (1992:52), variasi bahasa dapat dilihat dari :
a. Tempat
1) Tempat yang dibatasi oleh air, keadaan tempat berupa gunung dan hutan,
variasi ini menghasilkan dialek.
2) Bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu.
3) Kolokial ialah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat yang
tinggal di daerah tertentu. Kolokial biasa disebut bahasa sehari-hari,
bahasa percakapan dan kadang-kadang disebut bahasa pasar.
4) Vernakular adalah bahasa lisan yang berlaku sekarang pada daerah atau
wilayah tertentu.
b. Waktu
Variasi bahasa secara diakronik temporal, dialek yang berlaku pada kurun
waktu tertentu. Perbedaan waktu menyebabkan perbedaan makna untuk katakata
tertentu. Bahasa mengikuti garis perkembangan masyarakat pemakai
bahasa. Kadang-kadang bukan saja maknanya berbeda, tetapi bunyi (lafalnya),
bahkan bentuk katanya. Bahasa bersifat dinamis tidak statis.
c. Pemakai
Berdasarkan orang yang menggunakan bahasa tersebut, dapat dibedakan atas
(1) glosolalia yaitu ujaran yang dituturkan ketika orang kesurupan, (2) idiolek
merupakan penggunaan bahasa yang sama, tetapi akan diujarkan berbeda oleh
setiap pembicara (penutur) baik yang berhubungan dengan aksen, intonasi,
dan sebagainya, (3) kelamin; penutur dibagi atas laki-laki dan perempuan.
Meskipun tidak tajam perbedaannya, tetap akan terlihat perbedaan baik yang
berhubungan dengan suasana pembicaraan, topik pembicaraan maupun
pemilihan kata yang dipergunakan, (4) monolingual yaitu penutur bahasa yang
hanya mempergunakan satu bahasa saja, (5) rol adalah peranan yang
dimainkan oleh seorang pembicara dalam interaksi sosial, (6) status sosial;
kedudukannya yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaaan. Bahasa yang dipergunakan tercermin pada jumlah kosakata yang
dikuasai, pemilihan kosakata yang dipergunakan, kosakata yang dihubungkan
dengan kata-kata dasar maupun cara pengungkapannya, (7) umur; makin
tinggi umur seseorang makin banyak kata yang dikuasainya, baik
pemahamannya dalam struktur bahasa, baik pelajarannya.
d. Situasi; (1) diglosia merupakan pengkhususan fungsi masimg-masing ragam
bahasa, (2) kreol merupakan suatu perkembangan linguistik yang terjadi
karena dua bahasa berada dalam kontak dalam waktu yang sama, (3) bahasa
lisan, (4) pijin adalah bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda,
(5) register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan
seseorang, (6) repertoar merupakan peralihan bahasa yang dipakai karena
pertimbangan terhadap lawan bicara, (7) reputations merupakan pemilihan
pemakaian suatu bahasa karena faktor penilaian terhadap suatu bahasa, (8)
bahasa standar, (9) bahasa tulis, (10) bahasa tutur sapa, (11) kan dapat
dikatakan sejenis dengan slang, tetapi sengaja dibuat untuk merahasiakan
sesuatu kepada kelompok lain, (12) jargon merupakan pemakaian bahasa
dalam setiap bidang kehidupan.
e. Dialek yang dihubungkan dengan sapaan dapat dibedakan atas (1) situasi
resmi, dan (2) situasi tidak resmi.
f. Status
1) Bahasa ibu, bahasa yang digunakan di rumah, bahasa yang dipergunakan
ibu ketika berkomunikasi dengan anaknya sejak anak itu masih kecil.
2) Bahasa daerah, bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat daerah tertentu
untuk berkomunikasi antara sesama mereka.
3) Lingua franca, bahasa yang merupakan penghubung antarpenutur bahasa
yang berbeda-beda bahasa.
4) Bahasa nasional, bahasa yang dipergunakan oleh suatu negara untuk saling
berkomunikasi antara sesama warga negara itu.
5) Bahasa negara, bahasa yang diakui secara yuridis dipergunakan di wilayah
suatu negara untuk dipergunakan oleh warga negara tersebut untuk
berkomunikasi.
6) Bahasa pengantar, bahasa yang dipakai untuk mengantarkan atau untuk
menjelaskan ilmu pengetahuan kepada orang lain.
7) Bahasa persatuan
8) Bahasa resmi, bahasa yang secara resmi diakui secara yuridis sebaga
bahasa resmi dalam negara.
g. Pemakaiannya (ragam)
Berdasarkan penggunaannya dikenal adanya ragam-ragam bahasa seperti
ragam jurnalistik, ragam sastra dan ilmiah. Berdasarkan status pemakainya
dikenal ragam rendah dan ragam tinggi, ragam formal dan ragam non formal.
Ragam bahasa dari segi keformalan dibedakan menjadi (1) ragam baku,
(2) ragam resmi atau formal, (3) ragam usaha atau konsultatif, (4) ragam santai,
dan (5) ragam akrab atau intim (Chaer dan Agustina, 2004: 70-73). Ragam baku
adalah variasi bahasa yang paling formal menggunakan bahasa dalam ragam baku
dengan pola dan kaidah yang sudah ditetapkan kebakuannya. Variasi bahasa
ragam baku digunakan dalam acara resmi dan khidmat, misalnya dalam upacara
kenegaraan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi formal seperti pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas, buku pelajaran
dan lain sebagainya. Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang
digunakan dalam situasi yang tidak terlalu resmi atau formal dan tidak terlalu
santai. Misalnya dalam pembicaraan di sekolah, rapat-rapat biasa atau
pembicaraan yang berorientasi pada hasil produksi. Ragam santai atau kausal
adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi santai seperti pada
pembicaraan antara kawan, keluarga pada waktu istirahat, berolahraga, berekreasi
dan sebagainya. Ragam santai ditandai dengan adanya pemakaian bahasa yang
sering tidak normatif, kosa katanya banyak dipengaruhi bahasa daerah dan unsur
leksikal dialek. Ragam akrab atau intim adalah variasi bahasa yang biasa
digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Ragam akrab
ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek, dan dengan
artikulasi yang seringkali tidak jelas.
2.2.6 Pilihan Bahasa
Situasi kedwibahasaan menyediakan beberapa bahasa atau variasi bahasa
dalam masyarakat. Seseorang harus melakukan pilihan variasi bahasa mana yang
tepat untuk berbicara dengan mitra tuturnya sesuai latar belakang sosial budaya
yang mengikutinya. Masalah pilihan bahasa dapat dipandang sebagai masalah
sosial yang dihadapi masyarakat dwibahasa. Dalam satu topik pembicaraan
tertentu beserta beberapa kondisi sosial budaya yang menyertainya, satu variasi
bahasa cenderung lebih dipilih untuk digunakan daripada variasi bahasa yang lain,
secara sadar maupun tidak oleh penutur. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian
yang dilakukan penutur untuk memenuhi kebutuhan berbahasa.
Terdapat tiga jenis pilihan bahasa dalam kajian sosiolinguistik. Pertama
yang disebut variasi dalam bahasa yang sama (variation within the same language
atau intra language variation). Kedua yang disebut alih kode (code switching).
Jenis ketiga adalah campur kode (code-mixing) (Umar dan Paina 1993, Rahardi
2001, Sumarsono dan Paina 2002, Rokhman 2002, Chaer dan Agustina 2004).
Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya
mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan
lawan tutur, dan situasi tutur yang ada (Poedjosoedarmo 1982:30). Kode adalah
istilah yang dapat mengacu kepada bahasa atau varian dalam sebuah bahasa.
Dalam sebuah kode terdapat unsur-unsur bahasa seperti fonem, morfem, kata dan
kalimat yang dalam pilihannya terdapat keistimewaan yaitu antara lain terdapat
pada bentuk, distribusi, dan frekuensi unsur-unsur bahasa tersebut. Kode
berbentuk varian bahasa yang dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat
bahasa. Pilihan varian bahasa oleh masyarakat monolingual berasal dari satu
bahasa, tetapi bagi masyarakat multilingual varian mencakup dua bahasa atau
lebih. Makna kode dapat disimpulkan jika konteks wacana dan faktor komponen
percakapannya telah diketahui.
Gejala variasi pada bahasa yang sama diakibatkan adanya fungsi sosial
varian bahasa tertentu yang dianggap lebih sesuai dengan tingkat sosial
penuturnya atau tingkat keformalan sebuah situasi tutur. Berikut adalah kutipan
peristiwa tutur dalam iklan televisi yang menggunakan variasi bahasa Indonesia
ragam nonformal.
KONTEKS (DIIRINGI MUSIK): ADA 3 PAPAN NAMA YANG MASINGMASING
MENUNJUKKAN ANGKA 48 JAM, 36 JAM, 24 JAM, DAN 15
MENIT. KEMUDIAN GEDUNG PEGADAIAN DITAMPAKKAN DARI
BAGIAN DEPAN. SELANJUTNYA, SEORANG PEMUDA DAN SEORANG
IBU TAMPAK SENANG DAN PUAS SEKALI MENDAPATKAN PINJAMAN
DENGAN CEPAT DAN MUDAH DI PEGADAIAN.
BIU (p) : Dengan harta berat Anda.
Begitu cepat dan mudah.
Hanya 15 menit dana segar tersedia.
BI(1) : Bisnis jadi lancar…
BI(2) : Usaha jalan lagi…
Nr (l) : Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah.
Teks : Hanya 15 menit dana segar tersedia.
Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah.
Kutipan peristiwa tutur dalam iklan Pegadaian di atas memperlihatkan
adanya pilihan variasi pada bahasa yang sama, dalam hal ini adalah bahasa
Indonesia ragam non formal.
Gejala kebahasaan yang berikutnya adalah alih kode, gejala kebahasaan ini
disebabkan oleh adanya komponen kebahasaan yang bermacam-macam. Kode
bahasa seseorang dapat berubah-ubah sejalan dengan perubahan situasi yang
terjadi saat pembicaraan dilakukan. Jika seseorang menguasai bahasa Jawa
sebagai bahasa pertamanya dan menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa
keduanya serta menguasai bahasa Mandarin sebagai bahasa asing, maka ia dapat
beralih kode dengan ketiga bahasa itu (Sumarsono 2002: 201). Alih kode berarti
menggunakan satu bahasa pada satu keperluan dan menggunakan bahasa yang
lain pada satu peristiwa komunikasi (Rokhman 2002). Rahardi (2001)
menegaskan bahwa yang dimaksud dengan alih kode adalah pilihan secara
bergantian dua bahasa atau mungkin lebih, variasi-variasi pada bahasa yang sama
atau gaya-gaya bahasa. Alih kode dengan demikian dapat disebut sebagai
peralihan pilihan kode bahasa, yang berupa bahasa, varian bahasa, atau gaya
bahasa pada bahasa tertentu dari pilihan kode bahasa, yang berupa bahasa, varian
bahasa, atau gaya bahasa pada bahasa yang lain dalam satu peristiwa tutur. Satu
hal yang perlu digarisbawahi dalam situasi alih kode adalah adanya peralihan
fungsi. Setiap alih kode selalu dikuti oleh fungsi yang berbeda sesuai dengan
faktor-fator yang mempengaruhinya seperti suasana, partisipan, keterbatasan
penguasaan kosa kata, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan kutipan
peristiwa tutur dalam iklan televisi yang terdapat gejala alih kode.
KONTEKS : BEBERAPA PASANG MUDA MUDI SEDANG CAMPING DI
SEBUAH PEGUNUNGAN YANG DINGIN DI MALAM HARI. AKHIRNYA
MEREKA MEMBUAT API UNGGUN SAMBIL MENAWARKAN
ANTANGIN JRG; SALAH SATU AKTRIS MEMEGANG SEBUNGKUS
ANTANGIN JRG.
BIU : Camping di gunung
BI(1) : Badan capai-capai kedinginan
BI(2) : Mencegah masuk angin
BI(3) : Agar tidak mudah kena flu
BI4() : Wes...ewess...ewess... (TAV)
BIU&BI(1-4) : Bablas angine...!
Teks : Logo + Deltomed
Kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi di atas memperlihatkan adanya
gejala kebahasaan alih kode. Kode bahasa yang dialihkan adalah bahasa Indonesia
ke bahasa Jawa dan Bahasa Inggris. Peralihan kode bahasa Indonesia ke bahasa
Jawa terlihat dalam kutipan tersebut di atas yaitu pada tuturan ’
Wes...ewess...ewess . Bablas angine...!’.
Gejala kebahasaan yang terakhir yaitu campur kode. Gejala kebahasaan ini
hampir mirip dengan alih kode. Hanya penggunaan dua kode bahasa yang berbeda
dilakukan secara besamaan dalam satu peristiwa tutur. Dalam campur kode
digunakan serpihan kode bahasa tertentu yang masuk kedalam tuturan yang
menggunakan dasar bahasa yang lain. Campur kode adalah tercampurnya unsur
bahasa satu dengan unsur bahasa yang lain, yang digunakan secara konsisten
(Suwito 1991; Rahardi 2000; Rokhman 2002). Pada kutipan peristiwa tutur dalam
iklan televisi berikut didapatkan adanya gejala campur kode.
KONTEKS: (JINGLE) SEEKOR BURUNG YANG TERBANG MENCARI
MAKAN (MENANGKAP IKAN) DI LAUT DAN MEMBERIKANNYA
KEPADA ANAK-ANAKNYA YANG MASIH LEMAH. SITUASI INI
DIPERINDAH DENGAN IRINGAN MUSIK DAN LAGU/JINGLE:
MEMEGANG TEGUH AMANAH DENGAN TAK KENAL LELAH. TAK
PERNAH LELAH UNTUK SELALU MEMPERSEMBAHKAN YANG
TERBAIK ….
Nr : Bank BNI Syariah
TAV : Insyah Allah membawa berkah.
(Logo+BNI)
Pada kutipan tersebut di atas terdapat campur kode berupa frasa Insya
Allah’ yang merupakan frasa dalam bahasa Arab. Kode-kode dari bahasa Arab
tersebut mencampur pada kode kalimat berbahasa Indonesia.
Menurut Suwito (1991:92), berdasarkan unsur-unsur bahasa yang terlibat
di dalamnya, campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam, (1)
penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, (2) penyisipan unsur-unsur yang
berwujud frasa, (3) penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster, (4)
penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, (5) penyisipan unsur23
unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, dan. (6) penyisipan unsur-unsur yang
berwujud klausa.
Menurut Markhamah (2000), campur kode dapat berupa; (1) kata dan
bentuk baster, (2) frase, (3) unsur perulangan, dan (4) berwujud klausa. Wujud
campur kode yang berupa kata, baster dan frase ditentukan dengan
memperhatikan wujud leksikon dan frase bahasa lain yang digunakan dalam
tuturan yang berbahasa Jawa memiliki padanan leksikon dan frase dalam bahasa
Jawa. Campur kode yang berupa bentuk perulangan artinya bentuk perulangan
bahasa Indonesia digunakan dalam tuturan berbahasa Jawa. Campur kode yang
berupa klausa artinya penggunaan klausa bahasa Indonesia dalam tuturan yang
berbahasa Jawa.
2.2.7 Iklan Televisi
Menurut Rahayu (2004), iklan merupakan salah satu jenis wacana
persuasif yang bertujuan mempengaruhi pendengar atau pembaca. Televisi adalah
alat elektronik yang mampu menangkap siaran televisi yang disiarkan oleh stasiun
televisi. Bila diuraikan penampakannya, iklan televisi adalah satu bentuk wacana
persuasi yang terbentuk atas dua aspek, verbal dan nonverbal yang bersifat
audiovisual (Wray, Jefkins, Bdk. Wilson, Wibowo dalam Santoso 2006). Secara
umum iklan televisi adalah salah satu jenis wacana bisnis yang memiliki ciri-ciri
kreatif secara verbal, seperti bahasa ringan, sederhana, menggunakan prinsip
ekonomi kata yang telah diseleksi kata-kata yang bercitra positif, menghindari
istilah-istilah teknis. Adapun, ciri-ciri kreatif secara nonverbal antara lain
mencakup teknik, cara, dan dramatisasi penyampaian pesan, pemilihan bintang
24
iklan beserta bahasa tubuhnya, penempatan produk yang baik di hati konsumen,
penyajian story board, penyajian dan pemilihan setting, musik, soundtrack.
Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan mengenai pengertian iklan
televisi yaitu, berita pesanan atau pemberitahuan kepada khalayak yang
ditayangkan melalui siaran stasiun televisi dalam bentuk paket audio visual yang
menarik perhatian, ringan dan menghibur yang secara persuasif membujuk atau
mempengaruhi pikiran atau perhatian penonton televisi agar tertarik pada barang
dan jasa yang ditawarkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini diuraikan mengenai pendekatan penelitian, data dan
sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan metode
penyajian hasil analisis data. Uraian selanjutnya disajikankan dalam paparan di
bawah ini.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis dan pendekatan
metodologis. Pendekatan teoretis penelitian ini yaitu pendekatan sosiolinguistik.
Pendekatan sosiolinguistik berkaitan dengan teori atau ilmu yang memperhatikan
penggunaan bahasa dalam kaitan dengan masyarakat (Chaer 2004:3).
Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau yang sebagaimana adanya (Nawawi 1983:63).
Subana (2001:26) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, variabel, dan fenomena yang
terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. Pendekatan
kualitatif berarti berusaha memahami fenomena sosial kebahasaan yang tengah
diteliti (Mahsun 2005:235). Istilah memahami diartikan sebagai usaha mencari
makna suatu fenomena yang diteliti sesuai pemahaman para pelakunya.
Pendekatan deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah prosedur penelitian
dengan hasil sajian data deskriftif berupa tuturan lisan dalam peristiwa tutur dan
fenomena kebahasaan yang turut mempengaruhi pilihan bahasa pada peristiwa
tutur dalam iklan televisi.
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa tuturan bintang iklan televisi yang terdapat pada
100 buah iklan televisi yang telah dipilih secara acak dan telah ditranskrip dalam
bentuk teks tertulis. Sumber data penelitian ini adalah iklan televisi yang
ditayangkan di stasiun Televisi Swasta Nasional di Indonesia dalam kurun waktu
tahun 2006. Pertimbangan pengambilan data dari sumber data ini yaitu (1) tuturan
dalam iklan menggunakan bahasa sekarang, (2) tuturan iklan menggunakan
variasi bahasa.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data yaitu proses
diperolehnya data dari sumber data (Subana 2001:115). Metode pengumpulan
data dilakukan melalui metode simak dengan teknik sadap. Metode simak
merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara
melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun 2005:218).
Metode simak memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Teknik tersebut
dilaksanakan dengan cara melakukan penyadapan terhadap pemakaian bahasa.
Artinya dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap peristiwa
tuturan dalam iklan televisi. Teknik ini dilakukan dengan merekam peristiwa tutur
tersebut menggunakan alat perekam berupa video recorder, disertai dengan
pembuatan catatan yang berupa informasi tambahan yang tidak diperoleh melalui
kegiatan perekaman. Teknik sadap ini memiliki teknik lanjutan yaitu teknik simak
bebas libat cakap. Teknik lanjutan ini meniadakan keterlibatan peneliti secara
langsung pada saat melakukan penyadapan, dengan kata lain peneliti
berkedudukan sebagai pengamat dan tidak turut terlibat dalam peristiwa tutur.
Hasil rekaman iklan yang berbentuk file video kemudian ditranskrip dalam
bentuk teks tertulis. Kemudian dari transkripsi ini didapatkan data berupa
peristiwa tutur dalam iklan televisi. Data tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam
kartu data untuk mengetahui wujud variasi tunggal bahasa, alih kode, dan campur
kode. Kartu data tersebut memiliki format seperti bagan kolom berikut di bawah
ini.
No. Data Judul Iklan
Transkrip iklan
Variasi pada bahasa
yang sama
Campur Kode
Alih Kode
Setelah diisikan data, kartu data akan berwujud seperti di bawah ini.
Data 1 Iklan Mc Donald
KONTEKS : Banyak muda-mudi berjoget di sebuah diskotik. Kemudian
Narfaubah menawarkan hadiah mobil Kuda Grandia dan 10 motor, serta hadiah
lainnya bagi yang makan di Mc Donald karena setiap makan di sana mendapat
undian langsung dengan cara menggosok undaian tersebut. Ditampilkan juga 1
mobil Kuda Grandia, 10 motor, serta hadiah menarik lainnya. BIU muncul lagi
dengan seorang pemuda yang membawa segelas Coca Cola dan dia pura-pura
mengambil hadiah yang ditawarkan. Di akhir iklan, ditampakkan logo Mc Donald
dengan slogan “Mana lagi selain di Mc D”
BIU : Gosok dan menangkan 2 Mitsubishi Kuda Grandia, 10 sepeda motor
Piagio, serta hadiah lainnya. Wacaoo! Jangan sampai hadiahmu diambil
orang. Scratch and Wiiin…!
Bahasa Indonesia
ragam non formal
Gosok dan menangkan 2 Mitsubishi Kuda Grandia, 10
sepeda motor Piagio, serta hadiah lainnya. Wacaoo!
Jangan sampai hadiahmu diambil orang.
Campur Kode -
Alih Kode
Bahasa Indonesia ke
bahasa Inggris
Wacaoo!
Scratch and Wiiin….!
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan melalui dua prosedur yaitu analisis selama
proses pengumpulan data dan analisis setelah proses pengumpulan data (Miles
dan Huberman 1984:21-25; Muhadjir 1996:105 dalam Nuraeni 2005:38).
Prosedur pertama dilakukan dengan langkah-langkah; (1) reduksi data yaitu
identifikasi keragaman variasi kode bahasa, pola pilihan bahasa, dan faktor yang
menentukan pilihan bahasa, (2) sajian data, dan (3) pengambilan simpulan.
Prosedur kedua dilakukan dengang langkah-langkah; (1) transkripsi data rekaman,
(2) Pengelompokan data rekaman dengan catatan yang disusun selama proses
perekaman, (3) penafsiran variasi kode bahasa, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan bahasa, (4) penyimpulan tentang pilihan bahasa pada
peristiwa tutur dalam iklan televisi.
3.5 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data yang berupa temuan penelitian disajikan menggunakan
metode formal dan metode informal (Mahsun 2005; Sudaryanto dalam Nuraeni
2005). Metode formal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data yang
berupa lambang dan tanda, yang mencakupi variasi kode bahasa, pola pilihan
bahasa, dan faktor-faktor yang menyebabkan pilihan bahasa pada peristiwa tutur
dalam iklan televisi. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis
data yang berupa kata-kata biasa dalam terminologi sosiolinguistik .
BAB IV
Pada bab ini diuraikan bahasan mengenai variasi tunggal bahasa, alih
kode, campur kode dan faktor sosial yang mempengaruhi pilihan bahasa dalam
iklan televisi.
4.1 Wujud Variasi Bahasa dalam Iklan Televisi
4.1.1 Wujud Variasi Tunggal Bahasa dalam Iklan Televisi
Variasi tunggal bahasa terjadi ketika pada sebuah peristiwa tutur tersebut
menggunakan satu bahasa saja dan tidak diselipi oleh bahasa daerah lain ataupun
dialek. Hal itu dapat ditemukan dalam peristiwa tutur berikut ini.
1) KONTEKS: SATU KELUARGA DARI BEPERGIAN MASUK KE
DALAM RUMAH YANG PENUH DENGAN PERABOTAN
ELEKTRONIK SERBA BARU.
Nr (I) : National, its a new life time!
(Data 95)
Pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan perabotan elektronik “National”
di atas terlihat adanya penggunaan tunggal bahasa, yaitu penggunaan bahasa
Inggris dan dalam konteks tersebut di atas tidak ditemukan adanya penggunaan
bahasa lain yang menyertai tuturan tersebut. Kalimat national, its a new life time
berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat berbahasa Inggris yang utuh yang tidak
diselipi oleh bahasa lain ataupun dialek dari bahasa daerah.
2) KONTEKS: SEORANG PEMUDA MEMEGANG BOLA YANG
TRANSPARAN SEHINGGA DI DALAMNYA KELIHATAN
KEMEWAHAN DAN KEINDAHAN (GADIS-GADIS CANTIK DAN
SEKSI TENGAH SENAM). DITAMPAKKAN PULA SEORANG
WANITA (KARIR) SEDANG ACTION MENELEPON SAMBIL
BERDIRI DENGAN MENGGERAK-GERAKKAN TANGAN (SAMBIL
TERTAWA CERIA); KEMUDIAN DUDUK; ADA PULA TANGAN
YANG SEDANG MENULIS DENGAN PENA. KEMUDIAN,
SEORANG WANITA (KARIR) LAGI DI-CLOSE UP (BERBAJU
MERAH), KEMUDIAN MENGECIL DI DALAM BOLA TERSEBUT.
BACK GROUND ADALAH BANGUNAN BANK MANDIRI DENGAN
TIANG-TIANG YANG BESAR, SERTA BAGIAN DALAM BANK
YANG MENGGAMBARKAN KEINDAHAN GEDUNG BAGIAN
DALAM; SERTA DITAMPAKKAN PULA BANYAK NASABAH DI
DALAM BANK TERSEBUT.
Nr (l) : Bayangkan jika di sebuah dunia di mana keamanan dan
kekuatan berpadu dalam kemewahan dan keindahan!
Apapun yang Anda inginkan semudah menggoreskan pena.
Dan bagaimana bila dunia ini adalah sebuah bank.
Bank Mandiri Prioritas.
Anda Yang Utama.
(Data 43)
Pada kutipan tuturan dalam iklan Bank Mandiri di atas terdapat
penggunaan variasi tunggal bahasa yaitu bahasa Indonesia dan tidak adanya
penggunaan bahasa asing ataupun penggunaan dialek dari bahasa daerah tertentu.
Tuturan dalam konteks tersebut di atas menggunakan bahasa Indonesia resmi atau
formal, sehingga mencerminkan aspek kesopanan dan hal ini tentu saja
mendongkrak citra dari produk yang diiklankan.
Wujud variasi tunggal bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan televisi
yang berbentuk ragam dapat berupa ragam usaha atau konsultatif dan ragam
santai. Ragam usaha atau konsultatif adalah variasi bahasa yang digunakan pada
situasi yang tidak terlalu resmi atau formal dan tidak terlalu santai. Hal tersebut
dapat ditemukan pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut.
3) KONTEKS (JINGLE): SEORANG GADIS CANTIK, LANGSING,
DENGAN RAMBUT YANG HITAM TERURAI DAN DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI YANG TINGGI, ESKPRESI WAJAH YANG
MEMANCARKAN KEPUASAN DAN KEBAHAGIAAN TENGAH
MEMPERTONTONKAN KULIT TUBUHNYA YANG HALUS,
MULUS, DAN PUTIH. KETIKA MANDI PUN IA TAMPAK SANGAT
MENIKMATI BERKAT SABUN MANDI LERVIA.
Nr : Susu… memberikan manfaat mengagumkan bagi kulit.
Lervia sabun ekstrak susu murni…
menjadikan kulit putih alami. Dengan protein, laktosa, dan
moisturiser, Lervia melembabkan dan menghaluskan kulit.
Lervia kulit halus, putih alami.
Teks : Kulit halus, putih alami.
(Data 4)
Pada kutipan tuturan dalam iklan sabun mandi Lervia di atas, ragam
bahasa yang digunakan adalah ragam usaha atau konsultatif. Meskipun termasuk
ragam nonformal tetapi ragam ini tidak ditujukan untuk suasana tutur terlampau
santai dan akrab, seperti yang terjadi pada pembicaraan antarsesama teman atau
anggota keluarga. Suasana yang hendak dibangun adalah suasana serius yang
tidak terlalu resmi dengan tujuan untuk menggabungkan aspek kesopanan dan
aspek suasana santai. Hal ini agar pesan iklan dapat diterima oleh penonton
sasaran yang memiliki tingkat pendidikan atas dan berada pada status ekonomi
menengah ke atas. Bahasa yang digunakan bersifat berjarak. Artinya antara
penutur dan lawan tutur tidak memiliki tingkat keintiman yang tinggi. Bahasa
berjarak ini untuk menunjukkan sikap sopan penutur terhadap lawan tuturnya.
Pada kutipan berikut juga terdapat adanya ragam usaha atau konsultatif.
4) KONTEKS: BEBERAPA ORANG (MUDA-MUDI) MENGGOSOK GIGI
BERSAMA-SAMA. ADA SALAH SATU PEMUDA (BIU) YANG
BUNYI GOSOKAN GIGINYA BERBEDA SENDIRI, YAKNI
BERBUNYI SIT…SIT…SIT...SIT. AKIBATNYA, TEMAN-TEMANNYA
MENGHENTIKAN SIKATAN MEREKA SAMBIL MELIHAT
TEMANNYA TERSEBUT DENGAN PENUH KEHERANAN.
KEMUDIAN, SI BIU MEMAMERKAN KEPADA TEMAN-TEMANNYA
DAN PEMIRSA BAHWA GIGINYA PUTIH ALAMI DAN SEHAT
BERKAT “SIKAT GIGI PEPSODENT PROGRESSIVE BARU.”
DIVISUALKAN JUGA CARA KERJA SIKAT GIGI TERSEBUT. DI
AKHIR IKLAN, DITAMPILKAN BENTUK SIKAT PEPSODENT
PROGRESSIVE TERSEBUT SAMBIL DIVISUALISASIKAN DENGAN
TUTURAN “PEPSODENT PROGRESSIVE” DAN DIAUDIOKAN
SEKALIGUS.
Nr(1) (p) : Jika yang lainnya hanya bisa nyikat….
Nah! Yang ini juga bisa menghapus noda.
Pepsodent Progresive Baru, bulu sikatnya mengangkat
sisa makanan, whitening sikatnya menghapus noda,
dan
mengembalikan warna putih alami gigi.
(TAV) : Pepsodent Progressive
(Teks + Nr.) : Baru.
(Data 5)
Pada contoh iklan Pasta Gigi Pepsodent Progressif di atas berusaha
memberikan cara baru dalam membersihkan gigi dengan sikat gigi, yaitu dengan
memilih sikat gigi dengan bulu sikat yang memiliki fungsi tambahan untuk
memutihkan gigi. Iklan tersebut berusaha meyakinkan bahwa menggosok gigi
dengan sikat tidak hanya untuk membersihkan gigi dari sisa makanan tetapi juga
untuk memutihkan warna gigi. Gambar visual yang ditampilkan adalah aktifitas
sekelompok orang yang menggosok gigi dengan jenis sikat gigi yang berbeda.
Karena menggosok gigi adalah kegiatan yang tidak resmi maka bahasa yang
digunakan juga berada dalam ragam tidak resmi, dengan tujuan agar terdapat
keselarasan suasana antara bahasa yang dipergunakan dengan gambar visual yang
ditampilkan.
Pada dasarnya bahasa iklan adalah bahasa yang komunikatif, karena iklan
berupaya untuk mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak
disampaikan. Oleh karenanya, ragam bahasa yang dipakai harus disesuaikan
dengan suasana pesan yang akan disampaikan. Jika pesan yang hendak
disampaikan adalah mengenai keunggulan produk kosmetik untuk remaja, maka
ragam bahasa yang sebaiknya digunakan adalah ragam bahasa yang dipergunakan
oleh para remaja. Atau jika ingin menyampaikan pesan kepada pelaku usaha maka
ragam bahasa yang dipergunakan harus dapat menimbulkan kesan berpendidikan,
tidak terlalu resmi atau menggambarkan prosedural yang sulit, mudah dipahami,
jelas arahnya, dan bersifat memberikan harapan dan semangat. Seperti yang
terdapat pada kutipan iklan televisi berikut ini.
5) KONTEKS (JINGLE): ADA 3 PAPAN NAMA YANG MASING-MASING
MENUNJUKKAN ANGKA 48 JAM, 36 JAM, 24 JAM, DAN 15 MENIT.
KEMUDIAN GEDUNG PEGADAIAN DITAMPAKKAN DARI BAGIAN
DEPAN. SELANJUTNYA, SEORANG PEMUDA DAN SEORANG IBU
TAMPAK SENANG DAN PUAS SEKALI MENDAPATKAN PINJAMAN
DENGAN CEPAT DAN MUDAH DI PEGADAIAN.
BIU(p) : Dengan harta berat Anda.
Begitu cepat dan mudah.
Hanya 15 menit dana segar tersedia.
BI(1) : Bisnis jadi lancar…
BI(2) : Usaha jalan lagi…
Nr(l) : Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah.
Teks : Hanya 15 menit dana segar tersedia.
Pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah.
(Data 4)
Pada contoh iklan Pegadaian di atas, penggunaan ragam bahasa usaha atau
konsultatif terlihat jelas. Pesan yang hendak disampaikan terwakilkan oleh
kalimat-kalimat efektif dan langsung berbicara mengenai pesan yang ada.
Kalimat-kalimat tersebut tidak membicarakan hal-hal yang tidak bersangkutan
langsung dengan pesan. Pilihan kata yang digunakan juga bukan termasuk katakata
yang formal, meskipun juga tidak terlalu informal karena membicarakan hal
yang bersifat teknis, yaitu mengenai kemudahan prosedur peminjaman uang di
Pegadaian.
Ragam santai atau kausal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi santai seperti pada pembicaraan antara kawan, keluarga pada waktu
istirahat, berolahraga, berekreasi dan sebagainya. Wujud variasi tunggal bahasa
Indonesia ragam santai dapat ditemukan pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan
televisi berikut.
6) KONTEKS: SEORANG ANAK SD MAU BERANGKAT KEMAH.
IBUNYA SUDAH MEMPERSIAPKAN KEPERLUANYA, ANTARA LAIN
PAKAIAN, PAYUNG, DAN ROTI TAWAR YANG DIBERI MARGARINE
BLUE BAND. PADA AWALNYA SI ANAK TIDAK MAU MEMBAWA
PAYUNGNYA DENGAN ALASAN TIDAK HUJAN. SEBALIKNYA, IA
MINTA ROTINYA DITAMBAHI. TERNYATA, DI LAPANGAN
PERKEMAHAN IA DAN TEMAN-TEMANNYA KEHUJAN. IA TIDAK
ADA MASALAH KARENA SUDAH SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN
DAN YANG TERPENTING IA BERBEKAL ROTI TAWAR YANG
DIOLESI DENGAN MARGARINE BLUE BAND.
BI (anak) : Ma! Ini gak usah ya?
BIU (ibu) : Bawa aja deh!
BI : Terang begini. Kalau rotinya sih oke. Tambahin ya mah?
Nr (p) : Ibu tau yang terbaik.
Blue Band, lembut, lezat, bervitamin.
(Teks) : Ibu tahu yang terbaik.
(Data 51)
Peristiwa tutur dalam contoh iklan Blue Band di atas dilakukan oleh
ibu dan anaknya pada kegiatan sehari-hari di rumah. Pembicaraan antara ibu
dan anak di rumah lazimnya menggunakan bahasa ragam santai atau kasual.
Kualitas keakraban antara ibu dan anak di rumah sangat tinggi, sehingga
tidak mungkin menggunakan ragam bahasa yang formal meskipun
membicarakan hal yang serius, seperti membicarakan persiapan pernikahan
yang tergambar pada peristiwa tutur iklan televisi di bawah ini.
7) KONTEKS: SEORANG IBU BERSAMA ANAK GADISNYA (LISA)
SEDANG MENCARI DAUN SIRIH KE PEMILIK KEBUN SIRIH
DENGAN PERASAAN MALU-MALU. TAPI MEREKA TIDAK
DIBERIKAN DAUN SIRIH YANG DICARI. MALAHAN
DISARANKAN UNTUK MENGGUNAKAN SABUN SIRIH CAIR
YANG LEBIH PRAKTIS. SELANJUTNYA, RESEPSI PENGANTIN
PUN DILAKSANAKAN; DAN ADA SALAH SEORANG IBU YANG
MENANYAKAN KESIAPAN LISA, TAPI YANG MENJAWAB
MEMPELAI PRIA (EKO) DENGAN NADA DAN GAYA YANG
MENJURUS “PORNO” SEHINGGA MEMPELAI PUTRI MENCUBIT
MEMPELAI PRIA. AKHIRNYA, MEMPELAI BERDUA
DITAMPILKAN SEDANG MASUK KE KAMAR PENGANTIN.
MEMPELAI PRIA DITAMPILKAN SIAP “BERPESTA” BERSAMA
ISTRINYA.
BI(1) (ibu Lisa) : Anu Bu…. Cari daun sirih.
BI(2) : Daun sirih?
BI(1) (dengan malu-malu) : Lisa mau kawin…
BI(2) : Daun sirih, memang kasiatnya terkenal sejak
dulu. Tapi sekarang ada yang lebih praktis, Sabun
Sirih.
Nr (l) : Mengandung ekstrak daun sirih dan Ph 3,5.
Merawat bagian yang paling pribadi wanita.
BI(3) (tamu pi) : Bagaimana Lisa?
BIU1 (Eko) : Hoooh…! Gak kuat Bu…!
BIU2 (Lisa) : Aaah! (Sambil mencubit Eko)
Nr (l) : Sabun sirih, bikin harum dan keset.
BIU (Eko) : Syik, asyik-asyik…! Mat, nikmat-nikmaaat…!
Nr (l) : Dari Sumber Ayu!
(Data 65)
Pada peristiwa tutur iklan Sabun Sirih di atas terdapat cerita tentang
seorang ibu yang memberikan nasehat dalam persiapan menghadapi pernikahan
kepada putrinya. Meskipun cukup membicarakan hal yang cukup serius,
pembicaraan itu tidak menggunakan bahasa formal. Bahasa yang digunakan
bersifat santai dan akrab, sehingga ragam bahasa pada peristiwa tutur tersebut
termasuk ragam santai atau kasual.
8). KONTEKS: SEORANG IBU “SUPERWOMAN” CANTIK DAN
LANGSING DENGAN PAKAIAN KHUSUS SO KLIN (BIU)
MENAWARKAN DAN MEMPERAGAKAN CARA MENGEPEL
LANTAI DENGAN SO KLIN LANTAI DI DEPAN BAPAK, IBU DAN
2 ORANG PUTRANYA.
BIU : Yang super ampuh membasmi kuman.
Kini wanginya baru dengan aroma terapi.
BI(1) (ibu) : Haruuum…! Segaaar…!
BI(2) (anak) : Lantainya?
BI(2) (anak-anak) : Beeersih!
BI(1),2,3 (3=ayah) : Sooo Kliiiin?
Nr (l) : So Klin Lantai
(Data 13)
Pada kutipan tuturan iklan So Klin Lantai tersebut di atas termasuk dalam
wujud tunggal bahasa dengan ragam bahasa santai atau kasual. Meskipun
menggunakan bahasa yang santai tetapi tuturan yang digunakan dalam konteks
tersebut di atas tidak diselipi adanya penggunaan bahasa lain ataupun dialek dari
bahasa daerah. Tuturan yang dipergunakan mencerminkan sebuah hubungan
keluarga yang harmonis dan akrab, sehingga tidak mungkin jika suasana konteks
tuturan tersebut menggunakan bahasa yang resmi.
Wujud tunggal bahasa Indonesia dalam iklan televisi dapat berupa tunggal
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, ragam usaha atau konsultatif dan ragam santai
atau kasual.
4.1.2 Wujud Alih Kode dalam Iklan Televisi
Wujud alih kode dapat terjadi ketika dalam sebuah tuturan ada perubahan
bahasa, misalnya dari ragam santai ke ragam resmi. Wujud alih kode dalam iklan
televisi berupa kalimat. Berikut kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi.
9). KONTEKS: ADA SEORANG MENGASAH PISAU UNTUK
MENYEMBELIH SAPI DI DEKAT KANDANG SAPI. SI SAPI
“BERDIALOG” DENGAN SI AYAM. BIU (SEORANG PEMUDA)
DATANG DARI BELANJA KALDU SASA DENGAN MENGENDARAI
KIJANG. SELANJUTNYA DIA MEMASAK SUP DENGAN KALDU
SASA SAMBIL TERSENYUM-SENYUM DAN MELENGGAKLENGGOK
KARENA AMAT SENANGNYA MEMASAK DENGAN
KALDU SASA. SANAK KELUARGA DAN TEMAN-TEMANNYA
DIUNDANG UNTUK MAKAN DI RUMAH SI BIU. SEORANG IBU
MENDEKAT DAN MENANYAKAN MEMUJI SUP MASAKANNYA
DAN MENANYAKAN “PAKAI KALDU SASA KAN?”, DAN SEORANG
IBU LAIN (BI(2)) MENGATAKAN “AKU JUGA.”
Nr (sapi) : Sekarang, giliranmu (giliran untuk disembelih).
Nr (ayam) : Petok-petoook! Uh! Kamu juga lho!
BIU : Hah…! Ngapain repot? Pakai Kaldu Sasa aja!
Nr (p) : Dari sapi dan ayam asli
Nr (l) : (Jingle) Yang…yang…yang…
Kaldu Sasa dipilih dan goyang-goyang.
BIU : Siapa dulu…? (BIU tersenyum sambil memegang kerah
kaosnya).
BI(1) (p) : Pakai kaldu Sasa kan?
BI(2) (p) : Saya juga pakai!
Sapi & ayam : Slamet… slamet… slameeet…(tidak jadi disembelih)
Nr (p) : Besuk pesta lagi ya…?
BI(1),2 : Haaa…?
Nr (l) : Kaldu Sasa lebih gurih dan enak.
(Data 52)
Kalimat yang menjadi penanda alih kode pada peristiwa tutur dalam iklan
penyedap masakan Sasa di atas adalah kalimat dalam bahasa Jawa yang memiliki
padanan kata dalam bahasa Indonesia selamat. Kata tersebut adalah slamet.
Nr(sapi) dan Nr(ayam) awalnya menggunakan bahasa Indonesia untuk
menyatakan kekhawatiran mereka akan disembelih untuk dijadikan kaldu. Tetapi
setelah mereka mengetahui bahwa telah digantikan oleh kaldu sasa, maka mereka
mengatakan kata slamet yang berarti ungkapan syukur setelah terhindar dari
sebuah musibah. Fungsi kata slamet berbeda dengan selamat. Jika selamat adalah
ungkapan syukur yang ditujukan untuk orang lain, maka slamet adalah ungkapan
syukur yang ditujukan untuk diri sendiri. Meskipun pada contoh di atas secara
sekilas terlihat seperti berupa kata,tetapi contoh tuturan tersebut merupakan
sebuah kalimat yag utuh yang sudah dilengkapi dengan tanda baca, sehingga
dalam konteks ayam dan sapi pada peristiwa tutur dalam iklan televisi di atas kata
slamet dirasa lebih tepat dan memiliki penekanan.
10. KONTEKS: BEBERAPA PASANG MUDA MUDI SEDANG CAMPING
DI SEBUAH PEGUNUNGAN YANG DINGIN DI MALAM HARI.
AKHIRNYA MEREKA MEMBUAT API UNGGUN SAMBIL
MENAWARKAN ANTANGIN JRG; SALAH SATU AKTRIS
MEMEGANG SEBUNGKUS ANTANGIN JRG.
BIU : Camping di gunung
BI(1) : Badan capai-capai kedinginan
BI(2) : Mencegah masuk angin
BI(3) : Agar tidak mudah kena flu
BI(4) : Wes...ewess...ewess...
BIU&BI(1)-4 : Bablas angine...!
Teks : Logo + Deltomed
(Data 6)
Pada kutipan iklan Jamu Antangin JRG di atas, di awal iklan, para bintang
iklan menggunakan kode bahasa Indonesia. Kemudian mereka serempak
mengatakan bablas angine sebagai bagian dari tuturan iklan yang dapat
menimbulkan daya tarik. Hal yang sama ditemukan pula pada kutipan berikut.
11) KONTEKS: SEKUMPULAN REMAJA SEDANG PESTA DANSA
DENGAN DIIRINGI MUSIK YANG CUKUP CEPAT DAN KERAS. TAV
“GIGI LEBIH PUTIH DAN SMILE UP” DAN WHITE MAX,
MOUTHWASH, DOUBLE FLUORIDE, BIGIONIC DIVISUALISASIKAN
BESERTA KEMASAN SMILE UP GEL YANG WARNA-WARNA (BIRU,
HIJAU, DAN JAMBON) BEBERAPA KALI DI LAYAR. JUGA HASIL
PASTA GIGI INI DITAMPAKKAN MELALUI FOTO SEPASANG
FIGURAN.
Nr (l) : Smile Up…pasta gigi gel…
Smile up man!
Hidupkan harimu dengan Smile Up!
Smile Up pasta gigi gel.
Smile up man!
White Max, Mouthwash, Double fluoride, dan Bigionic-nya
bikin gigi lebih putih, lebih sehat, kuat terlindungi.
Mulut bebas kuman. Nafas segar gak ada habisnya.
Smile up man!
Teks : Nafas segaaar nggak ada habisnya!
(Data 77)
Pada contoh iklan pasta gigi Smile Up di atas ditemukan kalimat berbahasa
Inggris smile up man, yang menjadi penentu terjadinya alih kode bahasa Indonesia
ke bahasa Inggris pada peristiwa tutur iklan televisi di atas. Hal yang sama
ditemukan pada kutipan berikut.
12) KONTEKS: SUTI KARNO MENYETRIKA SETUMPUK PAKAIAN
YANG TELAH DICUCI DENGAN PELICIN, PELEMBUT, DAN
PEWANGI PAKAIAN KISPRAY. IA TAMPAK PUAS KARENA IA
MERASA “MUDAH” MENYELESAIKAN PEKERJAANNYA YANG
BERAT DAN RUTIN TERSEBUT BERKAT PELICIN, PELEMBUT, DAN
PEWANGI PAKAIAN KISPRAY.
Nr : Cucian banyak!
Kerja gampang!
Kispray three in one!
(Data 100)
Kalimat berbahasa Inggris yang ditemukan pada contoh iklan Kispray di
atas adalah kispray three in one. Kalimat ini memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia yaitu tiga di dalam satu. Fungsi campur kode tersebut adalah untuk
menarik perhatian pemirsa. Jika yang dipergunakan adalah tiga di dalam satu
tidak akan menimbulkan perhatian sebaik penggunaan three in one. Penggunaan
bahasa asing dalam iklan televisi adalah sebagai penarik perhatian pemirsa.
13) KONTEKS: BIU (BEKI TUMEWU) MENAWARKAN SAMBAL
INDOFOOD BOTOL. SAMBAL ITU DIPERAGAKAN DENGAN
MENYIRAM SAMBAL DI ATAS MAKANAN (MASAKAN) ATAU
MENCOCORKAN (UDANG) KE SAMBALNYA. BI MEMBANTU
MEYAKINKAN PEMIRSA SECARA VERBAL DAN TINDAKAN
MENCICIPI “LEZATNYA MAKAN DENGAN SAMBAL INDOFOOD.
BUMBU LENGKAP SAMBAL INDOFOODNYA JUGA DITAMPILKAN,
DEMIKIAN PULA KEMASAN BOTOL KECIL DAN BESARNYA.
BIU : (Sambal) Bangkok?
Nr (p) : Disiram OK!
BI : Eeemmm…!
Nr (p) : Dicocor juga bisa!
BI : Ini sih sambal Indofoodnya yang bikin enak.
Nr (p) : Sambal Indofood pas pedasnya pas sedapnya.
Nr (l) : Persembahan Indofood! (TAV)
Nr (p) : Mau makan enak?
BIU&BI : Yaaa… Indofood!
Teks : Hot…Hot…very Hot…
Indofood lambang makanan bermutu.
(Data 69)
Pada contoh iklan Sambal Indofood di atas ditemukan kaliamt berbahasa
Inggris yang menjadi penentu alih kode bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Dalam tuturan tersebut terdapat kalimat hot...hot...very hot yang merupakan
kalimat berbahasa Inggris, kemudian dalam kalimat tuturan selanjutnya kembali
ke dalam kalimat yang di dalamnya terdapat kalimat berbahasa Indonesia
Indofood makanan (yang) bermutu.
4.1.3 Wujud Campur Kode dalam Iklan Televisi
Wujud campur kode terjadi ketika dalam sebuah tuturan diselipi oleh
bahasa ataupun dialek dari bahasa daerah lain. Campur kode pada peristiwa tutur
dalam iklan televisi dapat berupa kata dan frasa. Campur kode yang berupa kata
dapat berasal dari kata bahasa asing. Pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan
televisi berikut terdapat peristiwa campur kode yang berupa kata dari bahasa
asing.
14). KONTEKS: BEBERAPA PASANG MUDA MUDI SEDANG CAMPING
DI SEBUAH PEGUNUNGAN YANG DINGIN DI MALAM HARI.
AKHIRNYA MEREKA MEMBUAT API UNGGUN SAMBIL
MENAWARKAN ANTANGIN JRG; SALAH SATU AKTRIS
MEMEGANG SEBUNGKUS ANTANGIN JRG.
BIU : Camping di gunung
BI(1) : Badan capai-capai kedinginan
BI(2) : Mencegah masuk angin
BI(3) : Agar tidak mudah kena flu
BI(4) : Wes...ewess...ewess...
BIU&BI(1)-4 : Bablas angine...!
Teks : Logo + Deltomed
(Data 6)
Pada contoh iklan Jamu Antangin JRG di atas terlihat adanya penggunaan
kata dalam bahasa Inggris yaitu camping. Kata ini digunakan untuk mengganti
kata berkemah, yang merupakan padanan kata camping dalam bahasa Indonesia.
Kutipan berikut juga memperlihatkan adanya penggunaan kata dalam bahasa
Inggris sebagai wujud campur kode pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yang
berupa kata.
15). KONTEKS: KOMENG SEDANG MEMBACA IKLAN DI KORAN. DIA
TAMPAK TERKEJUT KETIKA MELIHAT SETIAP PEMBELIAN
SEPEDA MOTOR YAMAHA YUPITER MENDAPAT VOUCHER
BELANJA RP 500.000,- DISAMPING ITU MASIH ADA REJEKI
SPONTAN BERHADIAH TOYOTA KIJANG, DAIHATSU CERIA, DAN
RATUSAN HADIAH LAINNYA. KEMUDIAN DIA LARI KE DEALER
YAMAHA. SESAMPAI DI SANA, DIA KAGET KARENA TERNYATA
BANYAK ORANG BEREBUT UNTUK MENDAPAT VOUCHER DAN
BERBAGAI HADIAH MENARIK LAINNYA TERSEBUT. AKHIR
CERITA SI KOMENG DAPAT JUGA MEMBELI YAMAHA YUPITER
DAN VOUCHER TERSEBUT. DIA TAMPAK SENANG SEKALI DAN
BERTERIAK DENGAN TERIAKAN KHASNYA “U..HUIII…”
BIU : Yupiter? Voucher lima ratus ribu?
Nr : Rejeki spontan Yamaha.
Berhadiah Toyota Kijang, Daihatsu Ceria, dan ratusan hadiah
lainnya.
BIU : E…e... ! Habis…! Aaa…! Dapet voucher dan ikut undian.
Rejeki spontan Yamaha. U..huiii…
(Data 33)
Kata voucer dalam contoh iklan Yamaha Yupiter di atas dipergunakan untuk
mengganti kata kupon yang dinilai tidak lagi dapat menimbulkan kesan modern
dan populer. Kata kupon seolah menimbulkan nuansa masa lalu yang tidak sesuai
dengan citra yang melekat pada sepeda motor Jupiter, sehingga perlu diganti
dengan kata voucer demi memunculkan pencitraan modern dan populer.
Tujuan dari penggunaan campur kode dengan kata dari bahasa Inggris
banyak terdapat pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yang menawarkan
produk terkini. Kata dari bahasa Inggris dinilai dapat mewakili citra kekinian yang
sempurna. Dalam kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut
menggunakan cara yang serupa.
16). KONTEKS (JINGLE): BEBERAPA ANAK MUDA BERNYANYI
(MENYANYIKAN TEKS IKLANNYA) SAMBIL MENARI-NARI
DENGAN SEPATU RODA DI JALAN RAYA. GERAK-GERIK MEREKA
SANGAT LINCAH DAN ANTUSIAS SEKALI; SERTA EKSPRESI
WAJAH MEREKA PUN TAMPAK SENANG SEKALI. TIBA-TIBA
SALAH SATU DARI MEREKA (AKTRIS) DI-CLOSE UP KETIKA IA
TENGAH MENIKMATI LEZATNYA MAKAN BISCUIT CHOCOMANIA
BUATAN SOBISCO.
Nr(1) : ChocoMania!
Nr(2) : Chococinya dasyat!
Nr(1) : ChocoMania!
Nr(2) : Chococinya Lezat!
Nr(1) : Kalau kehabisan pasti nyesel
Nr(3) : Makanya ChocoMania Man! (aud.vis)
Nr4 : Dari Sobisco (aud.vis)
Teks : ChocoMania (ditayangkan berulang-ulang)
Citra rasa pilihan.
(Data 53)
Produk yang ditawarkan kutipan iklan Biskuit Choco Mania di atas adalah
biskuit rasa coklat untuk kalangan remaja. Penggunaan kata man dinilai mampu
menimbulkan kesan kekinian, karena kata tersebut banyak dipergunakan dalam
pergaulan remaja masa kini. Kata tersebut populer lewat film-film dan musik
buatan negara Amerika. Karena negara tersebut adalah negara yang menjadi
barometer budaya populer terkini, maka sesuatu yang populer dari negara tersebut
pasti akan menjadi populer di banyak negara lain termasuk Indonesia. Salah
satunya adalah penggunaan kata man, dan dalam tuturan tersebut kata man
menjadi penentu terjadinya campur kode karena dalam kalimat tersebut kata yang
mengawali menggunakan kata berbahasa Indonesia yang kemudian diakhiri
dengan sapaan berbahasa Inggris man.
Selain untuk menimbulkan citra kekinian, kata dari bahasa Inggris juga
dipergunakan untuk menimbulkan citra berpendidikan. Penggunaan kata dari
bahasa Inggris tersebut ditemukan pada iklan produk makanan bergizi seperti
pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut.
17). KONTEKS: SUAMI ISTRI BERADA DALAM KAMAR. PEMBANTU
MENGAMBIL ALIH MENYUAPI ANAK MEREKA SEWAKTU
MAKAN. TERNYATA ANAK MEREKA SUSAH MAKAN DAN
PEMBANTU MEREKA “CUEK” SAJA, MALAH DITINGGAL NONTON
TV. KEMUDIAN SI IBUNYA KELUAR MENEMUI ANAKNYA UNTUK
MENGETAHUI APA YANG TERJADI DENGAN MAKAN ANAKNYA.
BI (suami) : Aku sangat merindukannya
BIU (istri) : Ernesto, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?
BI : Maksudmu, aku harus menemuinya ?
BIU : Kau tidak akan pernah tahu apa yang dia pikir.
Adik udah makan?
BI(2) (pembantu): Itu lagi makan bu.
BIU : Adik maemnya habis? Hem..?
Nr (p) : Ibu pasti tahu karena ibu paling tahu.
Nutrein Junior, gizi terlengkap dengan kombinasi
terbaik whey dan casein.
Lebih mudah dicerna untuk si Kecil yang susah makan.
Nutrein Junior karena ibu paling tau.
(Data 55)
Latar belakang dari iklan Nutrein Junior di atas yaitu gambaran kehidupan
sebuah keluarga yang sering diangkat dalam cerita telenovela yang tengah
digemari para ibu muda. Gambaran tersebut juga mewakili pola hidup masyarakat
Indonesia di kota-kota besar yang telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
moderen dari barat yang cenderung ekspresif serta mengutamakan pola pikir logis
dan rasional. Digambarkan seorang istri tidak lagi memiliki etika budaya timur
ketika mengungkapkan kemarahannya pada sang suami. Digambarkan pula
seorang ibu yang terlihat mempercayakan pengawasaan anaknya kepada seorang
pembantu yang biasanya tidak memiliki tingkat pendidikan yang baik. Sang ibu
tidak terlihat khawatir anaknya akan kekurangan gizi pada masa pertumbuhannya
karena keluarga tersebut memilih produk makanan bayi yang kandungan gizinya
telah lengkap. Hal ini kemudian dipertegas pada bagian narasi. Pada bagian
tersebut dimunculkan kata dari bahasa asing whey dan casein yang terdengar
sangat ilmiah dan mampu menimbulkan pencitraan tingkat pendidikan yang
tinggi. Karena konsumen yang menjadi sasaran produk ini salah satunya adalah
para ibu muda yang gemar menonton telenovela dan keluarga-keluarga yang
bertipikal seperti yang digambarkan oleh iklan di atas, maka campur kode di atas
perlu dilakukan untuk lebih meyakinkan calon konsumen.
Produk-produk kecantikan menjadi unsur yang vital bagi dunia pergaulan
modern saat ini. Seseorang harus memiliki kualitas kecantikan tertentu agar dapat
memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat bersosialisasi dengan orang lain.
Masyarakat telah sadar bahwa produk-produk kecantikan dapat meningkatkan
kualitas kecantikan mereka. Iklan-iklan produk kecantikan ingin memunculkan
pencitraan modern dan populer pada produk yang diwakilinya agar konsumen
menjadi tertarik dan percaya akan kualitasnya. Salah satu caranya yaitu dengan
menggunakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, sebuah bahasa dari budaya
modern dan populer, untuk menyebutkan bahan-bahan aktif yang dikandung oleh
sebuah produk kecantikan. Seperti terlihat dalam kutipan peristiwa tutur dalam
iklan televisi berikut ini.
18). KONTEKS: BIU MERASA KAGET SAMBIL MENJERIT (SAMBIL
BERPELUKAN) KETIKA MELIHAT TEMANNYA CANTIK (WAJAH
BERSERI ALAMI, BERSIH, PUTIH, HALUS, DSB). KETIKA MEREKA
MENJERIT TERDENGAR SEORANG PEMUDA YANG SUDAH SIAP
MENGABADIKAN FOTO MEREKA DENGAN BERBAGAI POSE.
MEREKA TAMPAK BAHAGIA DAN CERIA SEKALI. SELANJUTNYA,
DIPERAGAKAN PULA CARA PENGGUNAAN BIORE DAN
HASILNYA YANG “LUAR BIASA” (SAMBIL SALAH SATU BI
MENYENTUH-NYENTUH PIPINYA DENGAN JARI TELUNJUKNYA).
PRODUK DAN NAMA PERUSAHAAN JUGA DITAMPILKAN DI
AKHIR IKLAN.
Nr(1) (p) : Coba kulitku selembut kulitnya. Berseri alami.
Nr(2) (p) : Baru! Busa pembersih muka Biore Milk Moisture
mengandung 30% moisturizers, membersihkan kulit, dan
melembabkannya dari dalam. Kulit ekstra lembut, halus, dan
berseri alami. Biore Milk Moisture.
Nr(3) (p) : Biiiore!
(Data 64)
Pada contoh iklan Shampo Biore di atas kata moisturizer adalah padanan
kata pelembab. Kata moisturizer lebih dipilih kariena dapat menimbulkan kesan
modern dan populer, sedangkan kata pelembab telah menjadi kata yang begitu
usang dan tidak populer lagi.
Campur kode pada peristiwa tutur dalam iklan televisi dapat berupa frasa.
Campur kode yang berupa frasa dapat berasal dari kata bahasa asing. Pada kutipan
peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut terdapat peristiwa campur kode yang
berupa frasa dari bahasa asing.
19). SITUASI (DIIRINGI MUSIK & NYANYIAN): SEEKOR BURUNG YANG
TERBANG MENCARI MAKAN (MENANGKAP IKAN) DI LAUT DAN
MEMBERIKANNYA KEPADA ANAK-ANAKNYA YANG MASIH
LEMAH. SITUASI INI DIPERINDAH DENGAN IRINGAN MUSIK DAN
LAGU/JINGLE: MEMEGANG TEGUH AMANAH DENGAN TAK
KENAL LELAH. TAK PERNAH LELAH UNTUK SELALU
MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK.
Nr : Bank BNI Syariah
TAV : Insyah Allah membawa berkah.
(Logo+BNI)
(Data 10)
Pada contoh iklan Bank BNI Syariah di atas terdapat campur kode berupa
frasa Insya Allah yang merupakan frasa dalam bahasa Arab. Pada kutipan berikut
ditemukan adanya frasa dalam bahasa Inggris sebagai penentu adanya campur
kode dalam peristiwa tutur dalam iklan televisi.
20. KONTEKS: SEORANG IBU SEDANG MENJEMUR PAKAIAN
BERSAMA ANAK PUTRINYA. SETELAH USAI MENJEMUR, IA
TAMPAK TIDAK PUAS (RAGU-RAGU) DENGAN SISA NODA YANG
MASIH MEMBEKAS PADA SALAH SATU PAKAIANNYA. TIBA-TIBA
DIA MELIHAT CAHAYA PUTIH YANG “MEMBERSIHKAN” WARNA
PAKAIAN SEHINGGA MENJADI LEBIH BERSIH DAN PUTIH. IA
MENGGANDENG ANAKNYA SAMBIL MENDEKATI ASAL CAHAYA
TERSEBUT. KEDUANYA TAMPAK PUAS DAN SENANG SEKALI
DENGAN HASIL CUCIANNYA.
Nr : Noda sulit dapat meninggalkan sisa noda.
Temukan keampuhan Rinso baru dengan blue power!
Lebih efektif membersihkan noda yang tertinggal.
Rinso baru dengan blue power.
(Data 25)
Pada contoh iklan Sabun Cuci Rinso di atas ditemukan frasa blue power
sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut bahan aktif yang terdapat dalam
sabun cuci Rinso. Akan tidak lebih menarik perhatian pemirsa jika yang
digunakan adalah kekuatan biru. Hal yang sama terdapat pada kutipan berikut.
21). KONTEKS: SEORANG GADIS CANTIK, LANGSING, KULIT MULUS
DAN KENCANG SEDANG SENAM DI SEBUAH RUANG SENAM
DENGAN ALAS MATRAS. DIA TAMPAK PERCAYA DIRI, LINCAH,
CENTHIL, MURAH SENYUM, DAN KADANG-KADANG MENEBAR
SENYUMAN KEPADA PEMIRSA; SEAKAN TANPA ADA BEBAN
SEDIKIT PUN DENGAN TUBUHNYA (PERUT, PAHA, LENGAN, DAN
KULIT TUBUHNYA) KARENA DIA RAJIN SENAM DAN RAJIN
MERAWAT KULIT TUBUHNYA DENGAN NIVEA BODY DARI BODY
LOTION DENGAN Q 10.
Nr : Ini jurus mengencangkan perut!
Ini jurus mengencangkan kaki!
Jurus mengencangkan kulit dari Nivea Body Lotion dengan Q10.
Terbukti menjadikan kulit lebih kencang dalam 3 minggu.
Yeees!
Teks : Kulit lebih kencang dalam 3 minggu.
(Data 40)
Pada contoh iklan Nivea Body Lotion terdapat frasa berbahasa Inggris body
lotion yang lebih dapat menimbulkan efek menarik perhatian dibanding jika
menggunakan kata lulur atau pelembab tubuh.
22). KONTEKS: AIR TERJUN DAN AIR MINUM DALAM KEMASAN, AIR
MINUM ADES. SEORANG AYAH MENDEKATI ISTRINYA DI SOFA
YANG TENGAH MEMBERI MINUM ADES KEPADA ANAKNYA. DI
TENGAH-TENGAH IKLAN MUNCUL TUTURAN “AMAN, MURNI,
TERPERCAYA.”
Nr (p) : (Jingle) Tenteramlah dalam hatimu…
Nr (p) : Aku percaya, hanya Ades.
Nr (l) (TAV) : Ades aman, murni, terpercaya.
Dari the Coca Cola Company
Teks : Ades Baru dari the Coca Cola Company.
(Data 62)
Frasa yang ditemukan sebagai penentu campur kode pada peristiwa tutur
dalam iklan Coca Cola di atas adalah the coca cola company. Frasa the coca cola
company lebih memiliki pencitraan yang lebih baik jika dibanding penggunaan
frasa perusahaan Coca cola.
23). KONTEKS: SEKUMPULAN REMAJA SEDANG PESTA DANSA
DENGAN DIIRINGI MUSIK YANG CUKUP CEPAT DAN KERAS.
TAV “GIGI LEBIH PUTIH DAN SMILE UP” DAN WHITE MAX,
MOUTHWASH, DOUBLE FLUORIDE, BIGIONIC
DIVISUALISASIKAN BESERTA KEMASAN SMILE UP GEL YANG
WARNA-WARNA (BIRU, HIJAU, DAN JAMBON) BEBERAPA KALI
DI LAYAR. JUGA HASIL PASTA GIGI INI DI TAMPAKKAN
MELALUI FOTO SEPASANG FIGURAN.
Nr (l) : Smile Up…pasta gigi gel…
Smile up man!
Hidupkan harimu dengan Smile Up!
Smile Up pasta gigi gel.
Smile up man!
White Max, Mouthwash, Double fluoride, dan Bigionic-nya
bikin gigi lebih putih, lebih sehat, kuat terlindungi.
Mulut bebas kuman. Nafas segar gak ada habisnya.
Smile up man!
Teks : Nafas segaaar nggak ada habisnya!
(Data 77)
Pada contoh iklan Pasta Gigi Smile Up terdapat frasa dari bahasa Inggris
White Max, Mouthwash, Double fluoride, dan Bigionic terdengar lebih baik dan
dapat menimbulkan kesan yang lebih baik daripada jika menggunakan padanan
frasa tersebut dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah tersebut adalah bahan-bahan
aktif yang dikandung dalam pasta gigi smile up. Pada pemberian informasi
mengenai bahan-bahan aktif suatu produk kesehatan dan kecantikan, istilah-istilah
yang berasal dari bahasa asing lebih cenderung dipilih dibanding padanan istilahistilah
tersebut dalam bahasa Indonesia. Hal ini adalah untuk menimbulkan
keyakinan pada pemirsa bahwa produk yang ditawarkan adalah hasil dari
penelitian ilmiah yang meyakinkan.
4.2 Faktor-Faktor Penentu Pilihan Bahasa dalam Iklan Televisi
Pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan televisi dipengaruhi oleh
beberapa faktor sosial. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah; (1) situasi tutur,
dan (2) penutur. Berikut adalah paparan mengenai faktor-faktor tersebut.
4.2.1 Situasi Tutur
Situasi tutur yang ditemukan pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yaitu
situasi tutur yang akrab, santai dan komunikatif. Situasi tutur yang akrab
memunculkan penggunaan bahasa Indonesia tidak baku atau nonformal. Seperti
terlihat pada kutipan peristiwa tutur iklan televisi berikut.
24). KONTEKS: ADA SEORANG GADIS YANG MENGALAMI
KESULITAN. DATANG EMPAT PRIA YANG INGIN MEMBANTU
GADIS TERSEBUT. NAMUN, MEREKA TIDAK BERHASIL
MEMBANTU MEMETIK MANGGA, MALAH MEREKA “NGOSNGOSAN”
DAN TURUN LAGI DARI POHON MANGGA TERSEBUT.
KEMUDIAN, DATANGLAH PAK TARZAN DAN MENASIHATI
SUPAYA MEREKA SEMANGAT DAN KOMPAK, TAPI MEREKA
MESTI “NGEJRENG HEMAVITON” DULU. MEREKA PUN MENURUTI
SARANNYA; DAN AKHIRNYA MEREKA BERHASIL MEMANEN
MANGGA HINGGA MOBIL BOX YANG DIBAWA PAK TARZAN
PENUH. MEREKA PUN “DIPAKSA” PESTA NGEJRENG HEMAVITON
LAGI KARENA SANG GADIS TERSEBUT MEMBAWAKAN
HEMAVITON JRENG LAGI UNTUK MEREKA.
BI(1) : Kita bantuin deh!
BI(2) : Neng?
BI(1),2,3,4 : Aaaah…..iiiih….uuuuh (ngos-ngosan dan turun dari pohon)
BIU : Tertawa malu-malu sambil menutupi mulutnya dengan
tangannya
BI(4) : Ndak semangat, ndak kompak. Ngejreng dulu deh!
Nr : Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
BI(1),2,3 : Euh, segar! Bugar!
BI(2) : Neng?
BI(4) : Makanya jangan sendiri-sendiri; yang kompak; gotong royong
BI(2) : Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
BI(1),2,4 : Jreng lagi?
BI(3) : Masih ada dua pohon lagi.
Teks : Royal Jelly
Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
(Data 7)
Pada peristiwa tutur dalam iklan Hemaviton Jreng di atas ditemukan
penggunaan bahasa Indonesia dialek Betawi, yaitu pada ’kita bantuin deh!’,
’neng?’,dan ‘ ngejreng dulu deh!’. Karena situasinya tidak formal maka
pemilihan bahasa Indonesia dialek Betawi dalam konteks di atas perlu digunakan
sebagai pembangun suasana dan keakraban yang baik.
Pada situasi tutur yang komunikatif terdapat pilihan bahasa yang berupa
ragam usaha atau konsultatif. Tindak tutur yang bersituasi yang demikian
dilakukan oleh narator kepada pemirsa atau penonton iklan televisi. Hal tersebut
dapat ditemukan pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut.
25). KONTEKS (DIIRINGI MUSIK): SEORANG GADIS CANTIK,
LANGSING, DENGAN RAMBUT YANG HITAM TERURAI DAN
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI YANG TINGGI, ESKPRESI WAJAH
YANG MEMANCARKAN KEPUASAN DAN KEBAHAGIAAN TENGAH
MEMPERTONTONKAN KULIT TUBUHNYA YANG HALUS, MULUS,
DAN PUTIH. KETIKA MANDI PUN IA TAMPAK SANGAT
MENIKAMTI BERKAT SABUN MANDI LERVIA.
Nr : Susu… memberikan manfaat mengagumkan bagi kulit.
Lervia sabun ekstrak susu murni…
Menjadikan kulit putih alami. Dengan protein, laktosa, dan
moisturiser,
Lervia melembahkan dan menghaluskan kulit.
Lervia kulit halus, putih alami.
Teks : Kulit halus, putih alami.
(Data 1)
Pada kutipan tuturan dalam iklan Sabun Mandi Lervia di atas, ragam
bahasa yang digunakan yaitu ragam usaha atau konsultatif. Meskipun termasuk
ragam non formal tetapi ragam ini tidak ditujukan untuk suasana tutur terlampau
santai dan akrab, seperti yang terjadi pada pembicaraan antar sesama teman atau
anggota keluarga. Suasana yang hendak dibangun yaitu suasana serius yang tidak
terlalu resmi. Dengan bertujuan untuk menggabungkan aspek kesopanan dan
aspek suasana santai. Hal ini agar pesan iklan dapat diterima oleh penonton
sasaran yang memiliki tingkat pendidikan atas dan berada pada status ekonomi
menengah ke atas. Bahasa yang digunakan bersifat berjarak. Artinya antara
penutur dan lawan tutur tidak memiliki tingkat keintiman yang tinggi. Bahasa
berjarak ini untuk menunjukkan sikap sopan penutur terhadap lawan tuturnya
4.2.2 Peserta Tutur
Peserta tutur yang memiliki tingkat keakraban yang tinggi memunculkan
pilihan tunggal bahasa Indonesia ragam santai atau kasual. Seperti ditemukan
pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut.
26). KONTEKS: DUA WANITA TINGGAL DALAM SATU RUMAH (KOST).
SALAH SATUNYA MERASA JENGKEL (DENGAN MENCORETCORET
FOTO PACARNYA, BIMO NAMANYA) KARENA DITINGGAL
OLEH KEKASIHNYA SEHINGGA RAMBUTNYA “DIBIARKANNYA
KUSUT”. TEMAN SATU KOSTNYA MENCOBA MEMBERIKAN
NASIHAT, YAITU DISURUHNYA MERAWAT RAMBUTNYA YANG
KUSUT DENGAN SAMPO SUNSILK URANG ARING. DIA PUN
MENURUTINYA, DAN HASIL RAMBUTNYA “LUAR BIASA.” DIA
PUN TAMPAK CANTIK SEKALI. KEDUANYA TAMPAK SENANG
SEKALI. KEMUDIAN SI BIMO DATANG KE KOSTNYA UNTUK
MEMBERIKAN SEBUAH KADO. PACAR BIMO PUN MEMBERIKAN4
SEBUAH AMPLOP YANG DI DALAMNYA BERISI FOTO BIMO YANG
GIGI DAN RAMBUTNYA DICORET-CORET DENGAN SPIDOL. BIU
(PACAR BIMO) TERTAWA-TAWA KARENA “PUAS” BISA
“NGERJAIN” DIRINYA; DAN BIMO HANYA BISA “CENGARCENGIR”.
BIU : Seseek deh!
BI(1) : Lho, kenapa La?
BIU : Aku lagi dimarahin sama si Bimo!
BI(1) : Udah telpon aja!
BIU : Enggak ah, gengsi!
BI(1) : Kenapa?
BIU : Mungkin dia gak sayang aku lagi
BI(1) : Kamu yang gak sayang diri sendiri.
Coba lihat!
Rambut kusam begini!
BIU : Iya ya! Mukaku jadi kucel.
Nr(p) : Sunsilk Urang Aring dengan nutrisi alami mengembalikan kilau
alami rambut hingga tampak hitam berkilau!
BIU : Heeem…!
BI(1) : Dia nelpon ya?
BIU : Bentar lagi mau datang.
BI(2) : Sorry ya!
BIU : Ya deeeh…!
Nih buat kamu! (sambil memberikan amplop yang berisi foto
Bimo (pacarnya) yang gigi dan rambutnya sudah dicoret-coret
dengan spidol warna hitam oleh di cewek. (Kemudian, BIU dan
BI 1 tertawa bersama-sama).
Nr (p) : Sunsilk Urang Aring, satu-satunya hitam yang benar-benar
berkilau!
(Data 48)
Kutipan iklan Shampo Sunsilk Urang Aring di atas menampilkan gambar
visual dua orang sahabat yang tengah berbicara mengenai hal yang pribadi.
Mereka berdua tengah membicarakan kerenggangan hubungan salah satu dari
mereka dengan kekasihnya. Tergambarkan keintiman mereka sebagai sepasang
sahabat melalui cara berpakaian dan membawakan diri satu sama lain. Pada
penggambaran visual iklan dengan situasi yang demikian akrab dan intim, ragam
bahasa yang digunakan harus pula berada pada suasana tutur yang sama. Hal ini
agar terdapat kesepadanan dan kesesuaian gambar visual dengan bahasa tutur
yang digunakan. Sehingga tayangan iklan dapat memenuhi salah satu tujuannya
yaitu untuk menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat. Dari realitas yang
digambarkan oleh iklan tersebut diharapkan mampu meyakinkan penonton
sasaran untuk mempercayai pesan atau ajakan yang dikandungnya.
Ragam bahasa yang digunakan pada peristiwa tutur dalam iklan televisi di
atas yaitu ragam santai. Ragam santai ditandai dengan adanya pemakaian bahasa
yang sering tidak normatif, misalnya pada: Heeem…! Ya deeeh…! Seseek deh!.
Ketiganya tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap sesuai kaidah normatif.
Kemudian ditemukan adanya kosa katanya banyak dipengaruhi bahasa asing,
daerah dan unsur dialek. Misalnya pada : ”Enggak ah, gengsi”, ”Sorry ya!”,
”Mungkin dia gak sayang aku lagi”. Kata Enggak dan ga adalah tidak dalam
dialek Betawi, sedangkan sorry adalah maaf dalam bahasa Inggris.
4.2.3 Tujuan Tindak Tutur
Seorang narator ketika melakukan tindak tutur kepada pemirsa atau
penonton iklan televisi yang berkedudukan sebagai mitra tuturnya, berusaha untuk
meyakinkan mitra tutur terhadap keunggulan produk yang ditawarkan dan pada
akhirnya mempengaruhi dan mengajak konsumen untuk memakai atau membeli
produk tersebut. Pada situasi yang demikian, banyak kata-kata dari bahasa asing
dipilih dalam usaha untuk meyakinkan mitra tutur. Seperti misalnya yang terlihat
pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut ini.
27). KONTEKS (DIIRINGI MUSIK & NYANYIAN): SEEKOR BURUNG
YANG TERBANG MENCARI MAKAN (MENANGKAP IKAN) DI LAUT
DAN MEMBERIKANNYA KEPADA ANAK-ANAKNYA YANG MASIH
LEMAH. SITUASI INI DIPERINDAH DENGAN IRINGAN MUSIK DAN
LAGU/JINGLE: MEMEGANG TEGUH AMANAH DENGAN TAK
KENAL LELAH. TAK PERNAH LELAH UNTUK SELALU
MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK.
Nr : Bank BNI Syariah
AV : Insyah Allah membawa berkah.
(Logo+BNI)
(Data 10)
Pada contoh iklan Bank BNI Syariah di atas terdapat campur kode berupa
frasa Insya Allah yang merupakan frasa dalam bahasa Arab. Produk yang
ditawarkan yaitu sistem perbankan yang menggunakan sistem ekonomi Islam,
yaitu pada Bank BNI Syariah. Frasa Insya Allah berasal dari bahasa Arab, sama
seperti sistem ekonomi Islam, yang juga berasal dari Arab. Kesetaraan ini
diharapkan dapat meyakinkan mitra tutur bahwa Bank BNI Syariah benar-benar
menggunakan sistem ekonomi Islam dan pada akhirnya mengajak masyarakat
untuk ikut bergabung bersama Bank BNI Syariah. Hal yang sama ditemukan pada
kutipan berikut.
28). KONTEKS: SUAMI ISTRI BERADA DALAM KAMAR. PEMBANTU
MENGAMBIL ALIH MENYUAPI ANAK MEREKA SEWAKTU
MAKAN. TERNYATA ANAK MEREKA SUSAH MAKAN DAN
PEMBANTU MEREKA “CUEK” SAJA, MALAH DITINGGAL NONTON
TV. KEMUDIAN SI IBUNYA KELUAR MENEMUI ANAKNYA UNTUK
MENGETAHUI APA YANG TERJADI DENGAN MAKAN ANAKNYA.
BI (suami) : Aku sangat merindukannya
BIU (istri) : Ernesto, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?
BI : Maksudmu, aku harus menemuinya ?
BIU : Kau tidak akan pernah tau apa yang dia pikir.
Adik udah makan?
BI(2) (pembantu): Itu lagi makan bu.
BIU : Adik maemnya habis? Hem..?
Nr (p) : Ibu pasti tahu karena ibu paling tahu.
Nutrein Junior, gizi terlengkap dengan kombinasi terbaik
whey dan casein.
Lebih mudah dicerna untuk si Kecil yang susah makan.
57
Nutrein Junior karena ibu paling tahu.
(Data 55)
Dalam contoh iklan Nutrein Junior digambarkan seorang ibu yang terlihat
mempercayakan pengawasaan anaknya kepada seorang pembantu yang biasanya
tidak memiliki tingkat pendidikan yang baik. Sang ibu tidak terlihat khawatir
anaknya akan kekurangan gizi pada masa pertumbuhannya karena keluarga
tersebut memilih produk makanan bayi yang kandungan gizinya telah lengkap.
Hal ini kemudian dipertegas pada bagian narasi. Pada bagian tersebut
dimunculkan kata dari bahasa asing whey dan casein yang terdengar sangat ilmiah
dan mampu menimbulkan pencitraan tingkat pendidikan yang tinggi. Karena
konsumen yang menjadi sasaran produk ini salah satunya yaitu para ibu muda
yang gemar menonton telenovela dan keluarga-keluarga yang bertipikal seperti
yang digambarkan oleh iklan di atas, maka campur kode di atas perlu dilakukan
untuk lebih meyakinkan calon konsumen.
Tujuan dari penggunaan campur kode dengan kata dari bahasa Inggris
banyak terdapat pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yang menawarkan
produk terkini. Kata dari bahasa Inggris dinilai dapat mewakili citra kekinian yang
sempurna.
Penggunaan kata dari bahasa asing sebagai pilihan bahasa yang digunakan
pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yaitu untuk menarik perhatian pemirsa
atau penonton iklan televisi.
29). KONTEKS: SUTI KARNO MENYETRIKA SETUMPUK PAKAIAN
YANG TELAH DICUCI DENGAN PELICIN, PELEMBUT, DAN
PEWANGI PAKAIAN KISPRAY. IA TAMPAK PUAS KARENA IA
MERASA “MUDAH” MENYELESAIKAN PEKERJAANNYA YANG
BERAT DAN RUTIN TERSEBUT BERKAT PELICIN, PELEMBUT, DAN
PEWANGI PAKAIAN KISPRAY.
Nr : Cucian banyak!
Kerja gampang!
Kispray three in one!
(Data 100)
Klausa berbahasa Inggris yang ditemukan pada contoh iklan Kispray di
atas yaitu three in one. Klausa ini memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tiga
di dalam satu. Fungsi campur kode tersebut yaitu untuk menarik perhatian
pemirsa. Jika yang dipergunakan adalah tiga di dalam satu tidak akan
menimbulkan perhatian sebaik penggunaan three in one. Penggunaan bahasa
asing dalam iklan televisi yaitu sebagai penarik perhatian pemirsa.
4.2.4 Produk yang diiklankan
Seorang produser iklan ketika membuat iklan tentu saja memperhatikan
suasana atau situasi yang akan dipakai dalam konteks iklan tersebut, dan tentu saja
pilihan bahasa haruslah sesuai dengan situasi dan produk barang yang diiklankan.
30. KONTEKS: SEORANG PEMUDA MEMEGANG BOLA YANG
TRANSPARAN SEHINGGA DI DALAMNYA KELIHATAN
KEMEWAHAN DAN KEINDAHAN (GADIS-GADIS CANTIK DAN
SEKSI TENGAH SENAM). DITAMPAKKAN PULA SEORANG
WANITA (KARIR) SEDANG ACTION MENELEPON SAMBIL BERDIRI
DENGAN MENGGERAK-GERAKKAN TANGAN (SAMBIL TERTAWA
CERIA); KEMUDIAN DUDUK; ADA PULA TANGAN YANG SEDANG
MENULIS DENGAN PENA. KEMUDIAN, SEORANG WANITA (KARIR)
LAGI DI-CLOSE UP (BERBAJU MERAH), KEMUDIAN MENGECIL DI
DALAM BOLA TERSEBUT. BACK GROUND ADALAH BANGUNAN
BANK MANDIRI DENGAN TIANG-TIANG YANG BESAR, SERTA
BAGIAN DALAM BANK YANG MENGGAMBARKAN KEINDAHAN
GEDUNG BAGIAN DALAM; SERTA DITAMPAKKAN PULA BANYAK
NASABAH DI DALAM BANK TERSEBUT.
Nr (l) : Bayangkan jika di sebuah dunia di mana keamanan dan
kekuatan berpadu dalam kemewahan dan keindahan!
Apapun yang Anda inginkan semudah menggoreskan pena.
Dan bagaimana bila dunia ini adalah sebuah bank.
Bank Mandiri Prioritas.
Anda Yang Utama
(Data 43)
Pada contoh iklan Bank Mandiri Prioritas di atas digambarkan seorang
pemuda dengan dandanan sebagai seorang eksekutif muda, dan kemudian dalam
iklan tersebut juga digambarkan wanita karir, kemudian yang lebih penting lagi
pada bahasa yang digunakan. Tuturan dalam iklan tersebut menggunakan ragam
bahasa resmi yang runtut dan menggambarkan kaum intelektual dan terpelajar.
Hal tersebut dipengaruhi oleh produk yang ditawarkan kepada konsumen, yaitu
berupa layanan bank.
31). KONTEKS (DIIRINGI MUSIK & NYANYIAN): SEEKOR BURUNG
YANG TERBANG MENCARI MAKAN (MENANGKAP IKAN) DI LAUT
DAN MEMBERIKANNYA KEPADA ANAK-ANAKNYA YANG MASIH
LEMAH. KONTEKS INI DIPERINDAH DENGAN IRINGAN MUSIK
DAN LAGU/JINGLE: MEMEGANG TEGUH AMANAH DENGAN TAK
KENAL LELAH. TAK PERNAH LELAH UNTUK SELALU
MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK ….
Nr : Bank BNI Syariah
TAV : Insya Allah membawa berkah.
(Logo+BNI)
(Data 10)
Pada kutipan iklan Bank BNI Syariah di atas mempunyai kesamaan jenis
produk yang ditawarkan kepada konsumen yaitu layanan bank, sehingga dapat
kita lihat bahwa pada contoh iklan 30 & 31 dilihat dari penggunaan bahasanya
menggunakan bahasa yang resmi. Mungkin saja bahasa tuturan tersebut tidak akan
terjadi bila produk yang ditawarkan juga lain. Perbedaan itu dapat kita temukan
dalam kutipan iklan berikut ini.
32). KONTEKS: SI BREWOK PERGI KE TUKANG CUKUR DAN
BERBICARA DENGAN LOGAT JAKARTA DIA MINTA KEPADANYA
UNTUK DICUKUR DENGAN GILET GOAL
BIU : Bang…! Tolongin aye dong!
BI(1) : Heh…!
BIU : Uuuuh…! Brewok angker dipiara!
BI(1) : Heh…!
Nr (l) : Cukur sampai habis, cukur habis hadiahnya
BI(2) : Wah…! Dapat mobil kijang, nih!
BIU : Bang…bang…! Coba deh! Cukur pakai ini bang!
Nr (l) : Beli Gilet Goal bertanda khusus!
Gosok bungkusnya, dan menangkan hadiah langsung.
Makin sering menggosok, makin besar kesempatan menangnya.
Gilet Goal, tahan betul tajamnya!
BIU : E…! Penonton! Buruan
(Data 11)
Bila kita cermati pada produk iklan 30 & 31 sangat berbeda dengan
produk contoh iklan 32. Apabila iklan Gilet Goal menggunakan tuturan yang
sama seperti iklan 30 & 31 maka tidak akan terlihat manarik dan terkesan kaku,
begitu juga sebaliknya. Bila tuturan dalam iklan 30 & 31 menggunakan bahasa
yang santai maka kredibilitas bank itu akan dipertanyakan oleh calon
konsumennya.
4.2.5 Bintang Iklan
Dalam hal ini tuturan yang dipakai oleh bintang iklan biasanya disesuaikan
dengan daerah asal bintang iklan itu sendiri sehingga akan terdapat sebuah dialek
yang khas. Hal tersebut dapat kita lihat pada kutipan tuturan berikut ini.
33) KONTEKS: ADA SEORANG GADIS YANG MENGALAMI
KESULITAN. DATANG EMPAT PRIA YANG INGIN MEMBANTU
GADIS TERSEBUT. NAMUN, MEREKA TIDAK BERHASIL
MEMBANTU MEMETIK MANGGA, MALAH MEREKA “NGOSNGOSAN”
DAN TURUN LAGI DARI POHON MANGGA TERSEBUT.
KEMUDIAN, DATANGLAH PAK TARZAN DAN MENASIHATI
SUPAYA MEREKA SEMANGAT DAN KOMPAK, TAPI MEREKA
MESTI “NGEJRENG HEMAVITON” DULU. MEREKA PUN MENURUTI
SARANNYA; DAN AKHIRNYA MEREKA BERHASIL MEMANEN
MANGGA HINGGA MOBIL BOX YANG DIBAWA PAK TARZAN
PENUH. MEREKA PUN “DIPAKSA” PESTA NGEJRENG HEMAVITON
LAGI KARENA SANG GADIS TERSEBUT MEMBAWAKAN
HEMAVITON JRENG LAGI UNTUK MEREKA.
BI(1) : Kita bantuin deh!
BI(2) : Neng?
BI(1),2,3,4 : Aaaah…..iiiih….uuuuh (ngos-ngosan dan turun dari
pohon)
BIU : Tertawa malu-malu sambil menutupi mulutnya dengan
tangannya
BI(4) : Ndak semangat, ndak kompak. Ngejreng dulu deh!
Nr : Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
BI(1),2,3 : Euh, segar! Bugar!
BI(2) : Neng?
BI(4) : Makanya jangan sendiri-sendiri; yang kompak; gotong
royong
BI(2) : Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
BI(1),2,4 : Jreng lagi?
BI(3) : Masih ada dua pohon lagi.
Teks : Royal Jelly
Hemaviton jreng. Nikmat bugar. Sembakonya gaul.
(Data 7)
Pada kutipan iklan Hemaviton jreng diatas dapat kita cermati pada bahasa
yang dipakai para bintang iklan. Misalnya saja Komeng, dia merupakan bintang
iklan yang berasal dari daerah Betawi maka bahasa ataupun sapaan yang dia
gunakan adalah dari bahasa betawi. Kita lihat kata sapaan ”neng”, kata sapaan
tersebut dipakai oleh orang Betawi untuk menyapa kaum perempuan yang masih
muda, kemudian Tarzan yang berasal dari Jawa Tengah meskipun masih berada
dalam satu konteks tuturan tetapi dialek yang dipakai masih kelihatan
menggunakan dialek Jawa atau dalam konteks ini menggunakan dialek
Semarangan.”Ndak semangat, ndak kompak…”, kata ndak dalam tuturan ini
sering digunakan oleh orang-orang Jawa Tengah, khususnya di daerah Semarang.
Dengan demikian tujuan yang ingin disampaikan oleh produser iklan ini dapat
ditangkap dengan mudah oleh konsumen yang memang berasal dari Jakarta
(Betawi) ataupun yang berasal dari Jawa Tengah.
BAB V
5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil analisis data dan pembahasan diuraikan sebagai
berikut ini.
Pertama, wujud pilihan tunggal bahasa dalam iklan televisi dapat
berupa bahasa Indonesia, bahasa asing yang tidak terpengaruh oleh penggunaan
dialek dari bahasa daerah yang berbeda, serta terdapat adanya ragam yaitu ragam
usaha atau konsultatif dan ragam santai atau kasual, sedangkan yang berupa
ragam yaitu ragam usaha atau konsultatif dan ragam santai atau kasual. Wujud
alih kode pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yaitu berupa kalimat. Wujud
campur kode pada peristiwa tutur dalam iklan televisi dapat berupa kata dan frasa.
Kedua, pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan televisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) situasi tutur, (2) penutur, (3) tujuan tindak
tutur, (4) produk yang diiklankan, dan (5) bintang iklan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan pesan kepada para
insan periklanan agar memperhatikan pilihan bahasa yang digunakan dalam
situasi atau konteks iklan tersebut agar lebih menarik dan dapat dinikmati oleh
konsumen. Masyarakat sebagai konsumen agar lebih selektif dalam memilih
produk barang dan tidak hanya tergiur oleh iklan yang ada. Di samping itu kepada
64
para peneliti dan pemerhati bahasa diharapkan dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini untuk melakukan penelitian lanjutan
65
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta : Rineka Cipta.
Chaeri, Samdun. 2002. Implikatur Positif dan Negatif dalam Wacana Iklan Verbal
Lisan di Media Audio Visual. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
UNNES, Semarang.
Djojosuroto, Kinanti dan M.L.A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip Dasar dalam
Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia.
Hartatik, Sri. 2001. Implikatur Negatif Wacana Iklan Berbahasa Indonesia di
Radio dan Televisi : Kajian Sosiopragmatik. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia UNNES, Semarang.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.2004. Pedoman Penulisan dan Ujian
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Kentjono, Djoko,ed. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta : Fakultas
Sastra Universitas Indonesia.
Lukitaningtyas, Niken. 2003. Alih kode dan campur kode dalam Gelatak Gelitik
Campursari di TVRI : Kajian Sosiolinguistik. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia UNNES, Semarang.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Markhamah. 2000. Etnik Cina: Kajian Linguistik Kultural. Surakarta :
Muhammadiyah University Press.
Nuraeni, Neni. 2005. Pilihan Bahasa Masyarakat Etnik Sunda dalam Ranah
Pasar: Kajian Sosiolinguistik di Kabupaten Cilacap. Skripsi. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia UNNES, Semarang.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1982. Kode dan Alih Kode. Yogyakarta : Balai
Penelitian Bahasa.
66
Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Rahayu, Octy. 2004. Asosiasi Pornografis pada Wacana Iklan di Televisi. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNNES, Semarang.
Rokhman, Fathur. dkk. 2002. Variasi Bahasa Etnik Cina dalam Interaksi Sosial di
Kota Semarang: Kajian Sosiolinguistik. Laporan Penelitian. Semarang :
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa
Tengah.
Rosyid, M. 2004. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Semarang : UPT
UNNES Press.
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda.
Suwito. 1991. Sosiolinguistik. Surakarta : UNS Press.
Umar, Azhar. dan Delvi Napitupulu. 1993. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik.
Medan : Pustaka Pelajar.
Disusun Oleh :
Nama : Wahyu Hastho Susilo
NIM : 2134990033
Program Studi : S1
Jurusan : PBSI
Fakultas : FBS
No comments:
Post a Comment