Menempatkan KAMERA dalam menyampaikan IDE
GOAL UTAMA
- Mengarahkan penonton untuk mencapai sebuah kesatuan ide, memahami pesan, secara persuasif.
- Mempersiapkan sebuah hasil teknis perekaman gambar dan suara yang baik untuk tahap penyelesaian film (Pasca Produksi).
Menjadikan manusia sebagai SUBYEK bukan OBYEK
MENAMPILKAN SUBYEK
- Menempatkan kamera dalam menunjukkan apa yang dilakukan Subyek dalam menyampaikan gagasan.
- Melakukan observasi visual yang mendalam terhadap subyek
- Membuat subyek mengungkapkan PIKIRAN (verbal) yang mendasari atau menjelaskan apa yang dilakukannya
- Pengadeganan ulang terhadap apa yang diceritakannya, mengarahkan subyek dan menempatkan kamera seperti dalam pendekatan observasi.
OBSERVASI
Menempatkan kamera berada dalam jarak aman dan jarak dekat dengan subyek.
Menciptakan hubungan sehingga subyek nyaman terhadap kamera.
MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN UNSUR SUARA
- Sumber informasi audio yang membentuk visual menjadi utuh. Mengarahkan gagasan. Suara hasil wawancara, rekaman pembicaraan subyek, musik, suara musik dan suara lingkungan.
- Menghindarkan sumber suara ganda dalam proses perekaman yang melibatkan suara, seperti dalam wawancara dan lainnya.
- Merekam suara dari adegan agar dapat digunakan dalam proses penyelesaian.
Prinsip dasar dalam melakukan wawancara
1. Harus selalu kontak mata antara si pewawancara dengan yang diwawancarai.
2. Si pewawancara harus penuh ketekunan mendengarkan semua jawaban narasumber dengan sesekali memberikan respon visual (mengangguk, menggeleng, atau yang lainnya) sehingga nampak terjalin komunikasi dengan narasumber.
3. Jangan memberikan respon suara yang akan mengganggu konsentrasi narasumber dan masuk dalam rekaman sehingga nantinya menyulitkan penyuntingan (editing).
4. Bila ingin hasil yang natural, maka pertama-tama si pewawancara dahulu yang harus nampak natural ketika melemparkan pertanyaan, terutama jangan sekali-kali menggunakan bahasa formal sehingga nampak aneh dan membuat jarak dengan narasumber.
5. Coba bangun suasana layaknya dua orang sedang ngobrol santai. Bisa dimulai sejak sebelum rekaman dimulai, si pewawancara sudah melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan narasumber. Yakinkan narasumber jangan takut salah dan bisa diulang dengan mudah.
6. Pertanyaan yang diajukan harus jelas dan singkat, sehingga narasumber tidak salah menanggapi.
7. Jangan pernah membuat pertanyaan yang sifatnya mengkonfirmasi saja dan membuat jawabannya sangat pendek dan tidak memberikan informasi apa-apa.
8. Pertanyaannya harus membuat narasumber bercerita, maka bunyi pertanyaannya akan banyak di dominasi oleh “Coba ceritakan pengalamanmu....?” “Bagaimana...? Mengapa? Apa yang kamu rasakan? Dan lain-lain.
9. Untuk menjamin wawancara dengan narasumber terekam dengan baik, pastikan suaranya juga terdengar jelas di kamera. Agar suara terdengar jelas, letak kamera tidak boleh terlalu jauh dari sumber suara. Baik sekali kalau ada microphone eksternal yang bisa diletakkan dekat dengan narasumber.
MEMBUAT B-ROLL
Menempatkan kamera pada situasi di luar subyek yang mendukung gagasan subyek, dan memperkuat gagasan berkait dengan apa yang diceritakannya.
Contoh :
Situasi situasi di sekitar subyek. Foto foto dan gambar gambar pendukung
Rekaman rekaman yang menarik dari lingkungan yang menciptakan suasana : Musik, situasi komikal dan kontras.
GAYA dalam PENYUTRADARAAN
1. Observasional
2. Free handheld kamera
3. Pendekatan jurnalistik. Hand Held, Teleshot observasion
KAMERA SEBAGAI PENA
Dalam film yang baik kamera menjadi kuas yang di-eksplorasi dalam berbagai dimensinya. Tebal dan tipis, halus dan kasar.
Menyampaikan gagasan juga memiliki tujuan untuk MENYENTUH perasaan penontonnya
PROSES PASCA PRODUKSI
Melakukan proses re-konstruksi dari semua materi visual dalam membentuk ide utama dan menyampaikan pesan /gagasan.
Mengarahkan konstruksi unsur suara. Insert dari bahan bahan wawancara, sumber suara B-roll, musik dan lain lain.
sumber: pojokspy.blogspot.com
No comments:
Post a Comment